Moeldoko: Pembiayaan Syariah Masih Didominasi untuk Konsumsi
- ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi
VIVA – Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dinilai makin ke arah positif. Bahkan, perekonomian dan keuangan syariah disinyalir dapat menjadi garda terdepan perekonomian Indonesia. Namun sayangnya, perbankan syariah dinilai belum mendapat hati di masyarakat.
"Ekonomi syariah seharusnya bisa menjadi lokomotif perekonomian, apalagi saat ini untuk bisnis perbankan sudah sangat menjanjikan,” ujar Ketua Umum Ikatan Dai Indonesia (IKADI), Ahmad Satori Ismail, di Jakarta, Selasa, 27 Maret 2018.
Satori menjelaskan, hingga kini tidak sedikit bisnis perbankan yang mulai "melirik" sistem ekonomi syariah. "Banyak bank konvensional yang membuka pintu untuk sistem syariah, karena tidak akan rugi," kata Satori.
Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal (Purn.) Moeldoko, yang juga Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Masyarakat Ekonomi Syariah, yakin Indonesia berpotensi mengembangkan sektor ekonomi syariah karena mayoritas beragama Islam.
Ia juga menekankan komitmen pemerintah yang serius menggarap potensi ekonomi syariah, agar Indonesia tidak hanya sebagai konsumen maupun pangsa pasar industri bagi negara lain.
Berdasarkan data, Moeldoko mengungkapkan penggunaan pembiayaan syariah mencapai 41,8 persen, yang sebagian digunakan untuk konsumsi, sedangkan pembiayaan modal kerja sebanyak 34,3 persen dan investasi sekitar 23,2 persen.
Moeldoko memaparkan, aset perbankan syariah pada sektor industri keuangan syariah mencapai Rp435 triliun pada 2017 atau 5,8 persen dari total aset perbankan Indonesia.
Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda menjelaskan, potensi ekonomi Syariah di Indonesia sangat besar.
Nailul mengatakan, tantangan penerapan ekonomi syariah terletak pada sektor penting seperti perdagangan yang menyerap banyak tenaga kerja dan pendorong perekonomian.
"Pemerintah harus mengembangkan perbankan syariah terlebih dahulu kemudian menggerakan perdagangan," ucap Nailul. (ren)