Produk Indonesia Masih Susah Bersaing
- ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah
VIVA – Perseteruan dagang antara China-AS sebenarnya ada celah yang bisa dimanfaatkan. Sayangnya Indonesia belum bisa memanfaatkan celah itu untuk mengisinya dengan produk negeri ini.
Ekonom Universitas Indonesia, Fithra Faisal berpendapat, di tengah potensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat, Indonesia masih belum bisa memanfaatkan momentum tersebut untuk menawarkan produknya, baik ke China maupu ke Amerika Serikat itu sendiri.
Dia mengatakan, dari segi persaingan produk-produk yang dipermasalahkan oleh mereka, seperti produk besi dan baja China ke AS, dan komoditas pertanian AS ke China seperti kacang-kacangan dan olahan daging Babi. Komoditas-komoditas tersebut bukan merupakan produk unggulan Indonesia.
"Jawaban saya belum bisa. Kita sudah buat kajian, apakah Indonesia bisa mengisi hal-hal yang dilakukan China, atau sebaliknya AS, ternyata produk kita masih kalah, bahkan dengan negara-negara di Asean sendiri," ujarnya di acara Perspektif Indonesia: AS Vs RRC, Kita Bisa Apa?, Jakarta, 24 Maret 2018.
Menurut dia, dari sektor pertanian saja, ruang Indonesia untuk mengisi produk ekspor pertanian AS Ke China harus bersaing dengan Thailand, Filipina, dan Vietnam. Di mana komoditas pertanian ekspor mereka terbilang sudah sangat varaitif turunannya bahkan kualitasnya.
Bahkan untuk sektor pertanian, kata dia, 12 persen pangsa ekspor China untuk komoditi tersebut saja sudah dikuasai oleh Thailand, yang juga menduduki posisi pertama. Begitu juga dengan Vietnam dan Filipina melalui berasnya.
"Kalau dijejerin di Asean saja kita sudah tertinggal dari Thailand, Vietnam dan Filipina. Bahkan melalui Incremental Capital Output Ratio saja kita sudah sangat tidak efisien bahkan di Asean," ujarnya.
Karenanya, lanjut dia, untuk memanfaatkan momentum perang dagang tersebut, Indonesia belum bisa berbuat banyak. Sehingga pembenahan industri dasar masih perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk ekspor.
"Bagaimana bisa memperbaiki itu, ya perbaiki infrastrukturnya. Karena ini akan sejalan nantinya dengan pertumbuhan industri, karena efisiensi akan meningkat," ujar Fithra.
Sebelumnya, Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga mengatakan, Indonesia belum bisa memanfaatkan momentum perang dagang AS dengan China untuk memasukan produk-produknya ke negara tersebut. Sebab karena jenis barang yang diserap biasanya tidaklah sama antar negara, sehingga sudah memiliki porsinya masing-masing.
"Enggak sama biasanya barangnya, itu kalau sama dari dahulu kita yang berhadapan dengan Amerika atau Chinanya," ujarnya.