Harga Beras Turun, BI Prediksi Inflasi Maret 0,11 Persen
- REUTERS/Darren Whiteside
VIVA – Bank Indonesia mencatat inflasi pada minggu pertama Maret 2018 sebesar 0,11 persen secara month to month dan 3,31 persen secara year on year. Hal ini didorong oleh harga beras yang sudah mulai turun.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan angka inflasi tersebut muncul setelah BI melakukan survei di 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) dan 164 pasar di seluruh wilayah Indonesia.
"Kami menyambut baik bahwa di bulan Maret, kami sudah survei di 82 kota, 164 pasar, itu inflasi di minggu pertama di kisaran 0,11 persen. Dan itu setahunnya artinya di kisaran 3,31 persen," ujarnya di kantornya, Jumat, 9 Maret 2018.
Agus menjelaskan, inflasi tersebut di dorong oleh komoditas bawang putih dan bawang merah yang harganya masih mengalami kenaikan. Namun, terkoreksi oleh harga beras yang sudah mengalami penurunan.
"Harga beras sudah mulai turun, ada deflasi walaupun ada inflasi di bawang putih dan bawang merah," kata Agus.
Penurunan harga beras tersebut, jelas Agus, dipengaruhi oleh masuknya masa panen di Februari serta sudah masuknya beras impor yang mampu memenuhi persedian beras di dalam negeri.
"Di volatile food, kami menyambut baik karena di minggu pertama Maret ada deflasi harga beras karena ada panen dan mulai masuk beras impor. Jadi volatile food sesuai dengan kesepakatan pemerintah dengan BI termasuk pemerintah daerah," paparnya.
Agus juga mengatakan, Bank Indonesia akan menjaga inflasi di kisaran 2,5 persen-4,5 persen (yoy). Salah satu komponen yang dijaga adalah harga pangan atau volatile food dikisaran 4-5 persen.
"Kami akan jaga di kisaran bawah 4-5 persen. Tahun lalu volatile food hanya menyumbang 0,71 persen," ungkapnya.