Mengenang Zaman Jahiliyah Penumpang KRL RI dan Dunia
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA – Kereta Rel Listrik atau KRL telah menjadi transportasi pilihan warga Jakarta Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) untuk pergi bekerja pagi dan sore hari. Favoritenya KRL membuat ulah penumpang menjadi berbeda-beda.
Bahkan, dahulu sebelum adanya PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) anak usaha dari PT KAI, penumpang KRL sangat tidak tertib. Bahkan, tak jarang kita bisa melihat penumpang bergelantungan di pintu hingga atap kereta.
Tak Jarang, setiap harinya akibat ulah penumpang tersebut ada saja berita korban penumpang yang jatuh dari rangkaian kereta dan penumpang yang tersengat pantograf KRL karena duduk di atap rangkaian kereta.
Penumpang KRL Jabodetabek rute Bogor-Kota
Untuk itu, pada 2008 lalu saat dibentuknya PT KCJ atau KCI saat ini, banyak perubahan yang dilakukan untuk memanusiakan penumpang, yaitu pembenahan stasiun, mengaktifkan pintu kereta yang dahulu terbuka hingga pemenahan sistem tiketing.
Atas semua usaha tersebut, jumlah penumpang kereta Commuter Line atau KRL tersebut semakin bertambah yang hingga sebesar 315,8 juta penumpang pada 2017 dengan rata-rata penumpang setiap harinya sebesar 993,9 ribu orang.
Stasiun Palmerah, kini.
Direktur Utama PT KCI Muhammad Nurul Fadhila mengatakan, dengan sejumlah upaya perbaikan fasilitas tiket dan menambah rute baru maka pada 2018 jumlah penumpang ditargetkan mencapai 320,02 juta orang.
"Dalam dua tahun terakhir jumlah penumpang meningkat sekitar 22,8 persen atau 58 juta orang," kata Muhammad pada pemaparan Kinerja 2017 dan Program Kerja 2018 di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, kondisi serupa juga terlihat di sejumlah kereta metro kota-kota dunia yang mirip dengan Jakarta. Kota itu adalah Johannesburg Ibu Kota dari Afrika Selatan.
Seperti dikutip dari akun Youtube Donald Saekamela, terlihat perilaku penumpang yang tak tertib mirip seperti di Jabodetabek. Di mana masih ada penumpang bergelantungan menantang maut saat berangkat kerja tiap harinya.