Pilihan Investasi Reksa Dana Maret 2018
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA – Dengan mempertimbangkan peningkatan kinerja indeks harga saham gabungan atau IHSG di 2017, yang banyak dikontribusikan oleh kenaikan saham berkapitalisasi besar dan diikuti dengan kinerja yang cukup baik dari pasar saham dan obligasi Indonesia di awal 2018, Bank Commonwealth menilai bahwa alokasi porsi investasi yang lebih besar pada kelas aset ekuitas, merupakan pilihan yang objektif untuk investasi reksa dana sepanjang Maret ini.
Koreksi pasar yang terjadi dalam beberapa hari terakhir, yang semakin diperdalam akibat respons pasar atas kebijakan pemerintah Indonesia meningkatkan subsidi, memberikan kesempatan bagi para investor untuk mengevaluasi kembali portofolio investasi.
Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan subsidi, dinilai merupakan langkah yang cukup bijak, mengingat konsumsi dalam negeri saat ini belum sepenuhnya pulih. Terbukti, dengan rilis angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga di 2017, yang hanya 4,95 persen (year on year), turun 0,05 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,01 persen.
Sementara itu, pasar luar dan dalam negeri saat ini, dipengaruhi oleh dua faktor utama yang memberikan dampak besar. Pertama, niat pemerintah Amerika Serikat, untuk menaikkan tarif impor baja dan alumunium menjadi sebesar 25 persen dan 10 persen. Upaya proteksionisme yang dilakukan pemerintah AS, memberikan dampak sentimen negatif pada pelaku pasar. Dikhawatirkan, apabila usulan ini benar-benar direalisasikan akan membuat perang tarif antarnegara yang akhirnya merugikan negara-negara itu sendiri.
Kedua, adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap inflasi AS meningkat pesat dan berimbas pada kemungkinan bahwa The Fed, akan lebih agresif dalam melakukan pengetatan moneter. The Fed diprediksi menaikkan suku bunganya sebanyak empat kali di 2018, yaitu pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
Hal tersebut, membuat pasar saham maupun obligasi mengalami koreksi di awal Februari. Yield US Treasury yang telah menyentuh 2,94 persen, level tertinggi dalam lima tahun terakhir memberikan indikasi kuat bahwa pelaku pasar mulai mengantisipasi pengetatan moneter AS.
Rencana pengetatan moneter ini oleh The Fed, harus dilihat sebagai tanda positif atas semakin baiknya data pertumbuhan ekonomi AS, yang diikuti dengan angka pengangguran yang semakin turun. Sejalan, dengan perekonomian global yang optimistis terus bertumbuh. Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga diprediksi meningkat mencapai 5,3 persen di 2018.
Rencana the Fed untuk menaikkan tingkat suku bunga yang diperkirakan terjadi pada Maret 2018, haruslah dilihat secara positif oleh pasar. Di balik fakta tindakan tersebut, merupakan pengetatan moneter, ini menunjukkan keyakinan The Fed pada ekonomi AS yang telah pulih dan solid menghadapi kenaikan suku bunga.
“Dengan koreksi pasar yang terjadi saat ini lebih disebabkan faktor sentimen daripada fundamental yang dapat memengaruhi kinerja perusahaan, kondisi ini memberikan momentum bagi para investor, khususnya bagi para calon investor di kelas aset ekuitas. Saat ini, adalah waktu yang paling rasional bagi investor untuk mulai menyesuaikan portofolio investasi mereka di pasar saham dan obligasi berdasarkan profil risiko mereka di tahun 2018,” kata Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth, Ivan Jaya, dalam keterangan tertulisnya, Kamis 8 Maret 2018.
Bagi investor dengan profil risiko moderat yang siap dengan tambahan potensi risiko dan imbal hasil, dia menyarankan, reksa dana campuran yang memiliki kombinasi saham dan obligasi dapat menjadi pilihan. Sedangkan bagi investor dengan profil risiko agresif yang siap menghadapi dengan segala kemungkinan hasil investasi, pilihan reksa dana saham merupakan pilihan yang disarankan.