Digitalisasi Jadi Sebab Runtuhnya Ritel Konvensional

Usaha ritel minimarket
Sumber :
  • Istimewa

VIVA - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan runtuhnya ritel konvensional disebabkan digitalisasi. Karenanya, dia menganggap hanya pelaku usaha yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman yang mampu bertahan.

"Kami bukan mau membela diri tapi memang yang pelaku ekonomi yang bisa survive adalah mereka yang adaptif. Dia bisa cepat membuat skemanya offline dan online," kata Bambang.

Dia menjelaskan, jatuhnya ritel konvensional, seperti Clarks, Banana Republic, Gap, New Look, dan Dorothy Perkins, tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga ritel yang ada di negara-negara lain.

"Di seluruh dunia juga, apalagi di AS yang gede-gede saja tutup," kata mantan menteri keuangan tersebut.

Untuk itu, Bambang menyarankan, agar fenomena ini dapat dihadapi industri ritel konvensional di Indonesia maka produk-produk yang dijual pelaku usaha online tidak didominasi barang impor.

"Kalau dominasi impornya terlalu dominan, maka industri dalam negerinya enggak jalan. Jadi menurut saya lebih ke sana, mendorong produk yang dijual online adalah produk dalam negeri. Ritel tetap jalan, industri jalan," katanya.

Di samping itu, solusi lainnya menurut Bambang adalah memperkuat vokasi, karena vokasi memiliki keterampilan khusus yang disiapkan untuk masyarakat.

"Vokasinya harus diarahkan ke teknologi informatika. Vokasinya sendiri (juga) diarahkan ke jiwa wirausaha, karena vokasi itu bisa membuat orang bekerja mandiri. Jadi artinya kita harus antisipasi dari segi pendidikan dan dari lapangan kerjanya," kata Bambang.

Meski begitu, Bambang tak memungkiri, meski fenomena perdagangan online tumbuh cukup mengesankan dalam beberapa tahun terakhir, namun bukan berarti fenomena tersebut akan meruntuhkan sektor lainnya.

"Bagaimanapun online butuh pengantaran sehingga pengaruh ke sektor itu. Salah satu sektor yang tumbuh tinggi adalah transportasi dan pergudangan. Jadi intinya harus jeli melihat kehadiran digital ekonomi enggak hanya satu dimensi tapi dimensi lain," tutur Bambang.