Priyo Tolak Airlangga Hartarto Dipilih Aklamasi dalam Pleno

Priyo Budi Santoso.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin

VIVA – Sekretaris Dewan Kehormatan Partai Golkar Priyo Budi Santoso kecewa dengan rapat pleno Dewan Pimpinan Pusat Golkar yang menetapkan Airlangga Hartarto jadi ketua umum pengganti Setya Novanto. Ia menolak adanya aklamasi terhadap Airlangga melalui mekanisme pleno.

"Apakah aklamasinya kemarin harus dipaksakan hanya lewat mekanisme rapat pleno DPP partai golkar. Dan rapimnas atau pun munaslub hanya sekadar untuk mengesahkan calon tunggal tersebut. Satu-satunya," kata Priyo di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat, 15 Desember 2017.

Menurutnya, penetapan Airlangga sebagai ketua umum Golkar secara aklamasi mengganggunya. Ia  khawatir langkah dan mekanisme jalur pintas ini beresiko. Sehingga menjadi lubang untuk legitimasi ke depannya. Baginya, penetapan Airlangga secara aklamasi tak mempertahankan mekanisme demokrasi yang sudah dibangun Golkar.

"Kita ingin membangun Golkar yang solid, tangguh. Saya anjurkan Golkar tetap pertahankan mekanisme demokratis yang selama ini susah payah dibangun. Berkompetisi secara sehat dan membuka pintu selebar-lebarnya siapapun dia figur-figur hebat partai Golkar untuk bisa berlaga, berkontestasi sebagai calon ketua umum," lanjut Priyo.

Ia juga menuntut adanya kontestasi yang adil untuk memilih calon ketua umum. Sehingga nantinya bisa terhindar dari perpecahan yamg cukup meletihkan beberapa waktu lalu dan ia tak menginginkan hal tersebut.

"Setelah lewat mekanisme demokratis ini terpilih seorang ketua umum, dia akan punya legitimasi yang kuat, akan didukung dan kita semua akan mematuhi dan menghormati sebagai commander baru partai Golkar," kata Priyo.

Ia mengaku kaget mendapatkan kabar pleno telah memutuskan pergantian ketua umum Golkar. Sehingga rapimnas dan munaslub hanya mengesahkan calon tunggal. Menurutnya, hal ini tak bisa dilakukan DPP dalam pleno.

"Ini adalah rapat PAW untuk mengganti ketua umum. Menurut AD/ART PAW sah lewat mekanisme rapat pleno DPP saja. Nanti disahkan lewat rapimnas. Tapi untuk ketua umum khusus. Karena mandat dan dipilih langsung seluruh pengurus se-Indonesia. Maka satu-satunya jalan yang legal dan halal adalah lewat munaslub," ujar mantan Wakil Ketua DPR tersebut.

Priyo belum kapok

Priyo juga masih berminat maju bersaing menjadi caketum pada Munaslub mendatang. Hal ini berdasarkan aspirasi daerah yang berkembang dengan memintanya kembali maju.

"Setelah mempertimbangkan semuanya termasuk hati nurani saya dan termasuk aspirasi daerah yang berkembang, saya dengan ini menyatakan maju dalam kontestasi pemilihan umum Partai Golkar di munaslub yang akan datang," kata Priyo.

Ia menegaskan menghormati Airlangga Hartarto sebagai tokoh unggulan yang dianggap sangat layak memimpin Golkar. Tapi, sekali lagi ia mempertanyakan aklamasi Airlangga sebagai ketua umum Golkar yang terkesan dipaksakan.

Kemudian, ia meminta agar diberi kesempatan yang legal untuk maju sebagai calon ketua umum. Pada akhirnya siapa pun yang terpilih tentu akan dihormati.

"Pemimpin baru partai dan kita semua patuh. Bagi saya menang dan kalah tak persoalan. Tapi, saya berkewajiban, terpanggil untuk mempertahankan dan mendengungkan nilai, cara yang demokratis," tutur Priyo.

Priyo Budi Santoso sebelumnya pernah masuk dalam Munaslub Golkar di Bali pada Mei 2016 lalu. Namun, Priyo saat itu kalah bersaing dengan kandidat ketum lainnya. Nama Priyo saat voting Munaslub 2016, tertinggal jauh dari tiga besar Setya Novanto, Ade Komarudin, dan Aziz Syamsudin. Bahkan, dibandingkan dengan Syahrul Yasin Limpo dan Airlangga, ketika itu suara pemilih Priyo masih kalah.