Dokumen Rahasia Soal Pembantaian 1965 Belum Tentu Valid

Anggota Komisi Luar Negeri DPR dari PDIP, Charles Honoris.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Lilis Khalisotussurur

VIVA – Anggota Komisi I DPR Fraksi PDIP Charles Honoris menanggapi dokumen rahasia Amerika Serikat terkait dengan pembantaian peristiwa 1965. Menurutnya, laporan intelijen biasanya bersifat subjektif.

"Apapun bentuknya, biasanya laporan atau apapun bentuk laporan intelijen bisa saja sifatnya subjektif tergantung kepentingan pada saat itu," kata Charles di gedung DPR, Jakarta, 19 Oktober 2017.

Ia mengatakan memang dokumen tersebut tak bisa diverifikasi akurasinya. Sebab  diambil secara subjektif oleh pemerintah Amerika saat itu.

"Jadi saya enggak bisa katakan dokumen ini valid atau tidak. Hanya saja ini bagian dari sejarah yang perlu diverifikasi dan klarifikasi tetapi dokumen ini juga sifatnya tidak resmi. Saya rasa kalau betul dokumen itu dibuat oleh CIA, dokumen itu penuh dengan subjektifitas kepentingan," lanjut Charles.

Menurutnya, selama dokumen tersebut belum menimbulkan kegaduhan maka tak perlu ada klarifikasi dari TNI. Tapi, ia mengakui memang persoalan 1965 perlu dibicarakan bersama sejarawan dan komponen negeri.

"Agar sejarah tidak lagi abu-abu ya. Sehingga banyak perdebatan dan memunculkan kontroversi. Terkait dokumen ini saya kira subjektif pemerintah Amerika. Jadi tidak perlu terlalu ditanggapi," ujanya.

Sebuah dokumen milik pemerintah AS yang sudah dideklasifikasi mengungkapkan, Amerika tahu dengan detail terjadinya pembantaian di Indonesia yang terjadi sekitar tahun 1960-an.

Sebanyak 39 dokumen deklasifikasi yang sebelumnya diklasifikasikan itu berasal dari kumpulan file, catatan harian dan memo dari kedutaan AS di Jakarta selama periode 1964 hingga 1968. Dokumen tersebut dirilis oleh National Declassification Centre (NDC), sebuah divisi dari National Archives and Records Administration, pada Selasa, 17 Oktober 2017.