Zulkifli Hasan Beda dengan Amien Rais Soal Film G30S/PKI
- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
VIVA.co.id - Ketua Umum Partai Amanat Nasional dan juga Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat, Zulkifli Hasan, berbeda pandangan dengan seniornya, Amien Rais, mengenai film Pengkhianatan G30S/PKI. Zulkifli setuju film tersebut dibuat ulang, sementara Amien menolak.
"Setuju. Agar versi yang ringkas. Tapi substansi tetap. Isinya tetap. Misalnya jenderal yang dibunuh. Kan enggak berubah. Itu kan tetap. Enggak bisa berubah. Itu kan fakta," kata Zulkifli di Jakarta, Minggu 24 September 2017.
Menurut dia, film produksi tahun 1984 garapan mendiang Arifin C Noer itu berdurasi panjang dan tidak bisa ditonton generasi milenial saat ini. Ia pun menyarankan agar film tersebut dapat dikemas dengan durasi sekitar 1,5 jam.
"Memang empat jam itu lama sekali. Apa bisa anak muda generasi milenial nonton sampai empat jam? Saya kira kan tidak mudah itu. Kalau ada versi agak singkat, satu jam setengah, saya kira itu sedang tuh. Kalau anak muda empat jam punya waktu khusus sulit. Tapi substansi tetap. Karena saya nonton empat jam, dari jam 9 sampe jam 1, kita masuk angin," katanya.
Terlepas dari ide pembuatan ulang film Pengkhianatan G 30S/PKI, ia meminta tidak ada lagi yang meributkannya. Bagi Zulkifli masalah PKI itu cukup dijadikan pembelajaran buat masyarakat.
"Jangan lagi berkelahi soal PKI. Itu kan sejarah kelam yang harus dijadikan pelajaran, yang harus diketahui semua orang untuk jadi pelajaran. Itu sudah selesai kan. Tapi pelajaran penting. Sekarang kan semua orang sama haknya. Tidak ada lagi warga negara yang dapat perlakuan berbeda. Siapa pun berhak jadi apa pun. Tidak ada lagi lihat orang tua siapa, suku siapa, tidak ada lagi," katanya.
Lebih lanjut, ia menuturkan tidak perlu meributkan masalah boleh atau tidaknya menonton film G 30S/PKI tersebut.
"Kalau yang mau tonton silakan. Kalau tidak, enggak apa-apa. Enggak usah kalau mau tonton saja kita bertengkar. Justru yang harus kita tengkarkan adalah bagaimana memiliki daya saing. Itu boleh. Masa soal nonton dipertengkarkan," katanya.
Sikap Amien
Sementara itu, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional, Amien Rais, tidak setuju terhadap ide pembuatan ulang atau remake film G 30S/PKI. Dia menilai, langkah tersebut dapat memberikan angin segar bagi kebangkitan Partai Komunis Indonesia.
"Yang jelas, sekarang ini, rezim pemerintahan era Joko Widodo secara enggak disadari memberikan angin kebangkitan PKI, itu yang bahaya," kata Amien dalam acara pernikahan anak Ketua MPR Zulkifli Hasan di Hotel Raflles, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu 23 September 2017.
Menurutnya, film garapan Arifin C Noer itu sudah baik. Film yang dibuat ketika era Orde Baru tersebut sudah mencakup fakta sejarah pada tahun 1965.
"Pak Jokowi harus hati-hati dalam mengusulkan film baru. Karena yang dibuat pada sekian tahun lalu itu adalah film berdasarkan riset yang panjang. Tidak ngawur," katanya.
Amien berharap film versi baru tidak berpihak, terutama mencitrakan kebaikan PKI. Karena, pada versi lama, PKI digambarkan menjadi dalang peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965.
"Kalau kemudian versi baru mau membernarkan PKI, saya kira siapa pun akan bangkit untuk mengingatkan itu. Pokoknya Jokowi hati-hati," katanya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengaku tak keberatan TNI dan masyarakat menggelar acara nonton bareng film G30S/PKI. Namun, Jokowi berharap ada film anyar yang dibuat untuk menyesuaikan dengan karakter generasi milenial.
"Untuk anak-anak milenial tentu saja mestinya dibuatkan lagi film yang memang bisa masuk ke mereka," kata Jokowi saat ditemui di Desa Mangunsuko, Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Senin 18 September 2017. (ren)