Cerita Cak Imin soal Perjuangan Berat NU di DKI
- VIVA.co.id/Istimewa
VIVA.co.id – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin menceritakan perjuangan Nadhlatul Ulama dan DPW PKB DKI cukup berat karena berhadapan dengan pihak yang mudah mengkafirkan orang yang tak sependapat. Cak Imin menyampaikan kritikan terkait fenomena yang terjadi di DKI Jakarta.
Hal ini disampaikan Cak Imin usai ziarah ke makam Wali Songo dan makam Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid di Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang. Menurut dia, beberapa persoalan agama membuat semua pihak termasuk dirinya mengingatnya.
"Bahkan beduk aja dibid'ahkan. Beduk memang bukan tuntunan langsung tapi beduk kan digunakan untuk memanggil atau menentukan orang untuk salat, itu aja dipermasalahkan," kata Cak Imin dalam keterangannya, Senin, 22 Mei 2017.
Ia pun sempat menyinggung tata cara ziarah kubur di Jakarta. Namun, Cak Imin tak menjelaskan konteks kalimatnya dalam masalah ziarah kubur ini. Ia hanya membandingkan kejadian serupa pernah terjadi era 1970-an.
"Apalagi ziarah kubur kembali dimusuhi, ini mengingatkan kita pada tahun 70-an di mana NU dan Muhammadiyah berantem keras, bahkan di Lamongan sampai berantem fisik," tuturnya.
Kemudian, Cak Imin berpandangan bahwa semangat Islam di Jakarta seolah seperti kebablasan. Salah satunya kader PKB tak boleh ceramah di masjid.
"Melihat gairah Islam di Jakarta, alhamdulillah tapi harus kita cermati gairah ke-Islaman di Jakarta yang kebablasan. Banyak orang PKB tidak boleh ceramah di masjid," lanjut Cak Imin.
Bagi dia, larangan ini seperti bukan ajaran Islam yang diturunkan Wali Songo. Selain itu, seringkali masalah yang dilemparkan kepada orang lain juga menjadi kritikannya.
"Banyak yang menyalahkan orang lain, bahkan dengan sombongnya mereka mengatakan sebagai pemegang kunci surga. Ini sama sekali bukan Islam yang diajarkan para wali," ujarnya.
Cak Imin mengingatkan, agenda terbesar umat Islam saat ini bukan perbedaan pendapat. Namun, agenda umat Islam adalah persatuan ukhuwah Islamiyyah.
"Ukhuwah wathoniyah, ukhuwah basyariah. Pasalnya, hari ini mulai banyak tumbuh orang yang sering buat gaduh," tuturnya.
Lanjutnya, Cak Imin menceritakan pendekatan yang dilakukan Wali Songo dalam menyebarkan ajaran Islam seperti Sunan Kalijaga. Dalam ajarannya, Wali Songo terutama Sunan Kalijaga melakukan pendekatan budaya serta sikap yang ramah.
Cak Imin menambahkan, dalam anggaran dasar serta anggaran rumah tangga PKB tertulis dari NU untuk bangsa, dari ulama untuk bangsa, dari Islam untuk Indonesia. Makanya, kata dia, semua dirangkul, seperti banyak anggota PKB nonmuslim di Papua yang menjadi kader partai.
"Mereka semua pencinta Gus Dur, pencinta NU, tinggal nunggu syahadatnya mereka. Itu sebagai bukti kalau PKB dan NU adalah jalan benar Islam Indonesia yang telah diwariskan Kanjeng Sunan Kalijaga," tuturnya.
Ia kembali mengkritik pihak yang melakukan sikap keras di DKI Jakarta ketimbang cara yang santun.
"Kalau ada orang PKB yang tidak percaya diri itu, tidak mengerti sejarah, di DKI memang yang tidak keras tidak laku, sedangkan NU lebih menggunakan cara lembut dan santun," ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPW PKB DKI Jakarta, Hasbiallah Ilyas, berkata, ziarah Wali Songo merupakan tawasul PKB kepada para penyebar agama Islam di tanah Nusantara. Hal ini sekaligus munajat PKB DKI Jakarta dimenangkan dalam Pemilu 2019.
"Ziarah Wali Songo merupakan tawasul kita kepada para penyebar Islam di tanah Nusantara. Tawasul kita sebagai penganut Islam Aswaja, Islam Rahmatan Lilalamin," katanya. (one)