23-02-1967: Sukarno Serahkan Tampuk Kekuasaan ke Soeharto
- VIVA.co.id / Dody Handoko
VIVA.co.id – Hari ini pada tanggal 1967 silam dicatat dalam sejarah politik Indonesia bahwa Presiden pertama, Sukarno menyerahkan tampuk kekuasaan kepada Soeharto yang kemudian menjadi Presiden kedua di Indonesia. Berikutnya, Presiden Soeharto memerintah selama 32 tahun.
Peralihan kekuasaan ini menurut sejumlah akademisi sejarah dan politik tak lepas dari perpecahan di tubuh militer pada saat itu. Perpecahan ini sudah terlihat jelas sebelum tahun 1965.
Menurut Harold Crouch dalam buku "The Army and Politics in Indonesia" ada tiga faksi di tubuh TNI pada saat itu. Faksi pertama, yang loyal kepada Sukarno dan dipimpin Mayjen TNI Ahmad Yani. Meskipun demikian faksi ini tak setuju dengan konsep Nasakom Sukarno.
Faksi kedua, yang menentang Ahmad Yani yang dianggap Sukarnois. Faksi yang tak Sukarnois ini dipimpin Jenderal AH Nasution dan Mayjen Soeharto. Sementara faksi ketiga adalah faksi kiri yang kebanyakan perwira menengah ke bawah dan disebut banyak dipengaruhi PKI. Puncaknya yang menjadi pasal adalah adanya peristiwa G30 S PKI 1965 yang dijadikan pihak Soeharto sebagai tanda darurat negara.
Versi sejarah lainnya yang juga terkuak dalam penyerahan kekuasaan ini adalah versi kudeta Soeharto yang disebut disokong oleh Badan Intelijen Amerika Serikat atau CIA. Hal ini diterakan antara lain dalam buku "Dokumen CIA Melacak Penggulingan Sukarno dan Konspirasi G30S 1965" oleh Joesoef Isak yang terbit pada tahun 2002.
Penyerahan kekuasaan oleh Sukarno kepada Soeharto berlangsung pada 23 Februari 1967 di Istana Negara, Jakarta. Alasan Soeharto meminta penyerahan kekuasaan adalah TAP MPRS Nomor XV/MPRS/1966. Soeharto juga mendasarkan peralihan kekuasaan itu dengan adanya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang kemudian juga menjadi polemik sejarah. Supersemar diterbitkan pada tanggal 11 Maret 1966.