Pilkada DKI Diprediksi Dua Putaran
- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
VIVA.co.id – Tren penurunan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama yang akan mengajukan diri untuk melanjutkan jabatan di periode kedua, juga terpotret dari hasil survei PolMark Research Center (PRC).
Sebelumnya, Lingkaran Survei Indonesia telah merilis hasil survei mereka yang memotret tren kecenderungan menurunnya elektabilitas Ahok.
Tingkat elektabilitas Ahok masih paling unggul. Survei ini menunjukkan bahwa petahana, pasangan Basuki Tjahaja Purnama - Djarot Saiful Hidayat memiliki elektabilitas 31,9 persen, diikuti Anies Rasyid Baswedan – Sandiaga Salahuddin Uno 23,2 persen, dan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni dengan elektabilitas 16,7 persen. Masyarakat Jakarta yang belum menentukan pilihan sebesar 28,2 persen.
Hanya saja, dibandingkan survei-survei sebelumnya, tren elektabilitas Basuki mengalami penurunan sebesar 10,8 persen, dalam rentang waktu Juli hingga Oktober ini (sekitar tiga bulan). Dalam survei PRC PolMark Indonesia Juli 2016, Basuki memiliki elektabilitas sebesar 42,7 persen dan turun menjadi 31,9 persen pada survei Oktober 2016 ini.
"Tren elektabilitas Basuki mengalami penurunan sebesar 10,8 persen dalam rentang waktu Juli hingga Oktober ini (sekitar tiga bulan). Dalam survei PRC PolMark Indonesia bulan Juli 2016, Basuki memiliki elektabilitas sebesar 42,7 persen dan turun menjadi 31,9 persen pada Survei bulan Oktober 2016 ini," kata CEO Polmark Indonesia, Eep Saefulloh Fatah dalam keterangan tertulisnya yang diterima redaksi, Rabu 5 Oktober 2016.
Dari 31,9 persen responden yang memilih Basuki-Djarot dalam survei Oktober ini, hanya 23,2 persen yang menyatakan pilihannya terhadap Basuki-Djarot sudah mantap, tidak akan berubah. Sementara itu, dalam survei Juli 2016, dari 42,7 persen yang memilih Basuki-Djarot, yang menyatakan mantap 28,7 persen.
"Dengan demikian, di kalangan pemilihnya yang mantap sekali pun, elektabilitas Basuki-Djarot mengalami penurunan sebesar 5,5 persen," tulis Eep.
Tren serupa terjadi pada tingkat kepuasan masyarakat Jakarta terhadap kinerja Basuki sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dalam survei Oktober 2016, tingkat kepuasan terhadap kinerja gubernur adalah 61,8 persen. Angka ini merupakan penurunan sebesar delapan persen, dari tingkat kepuasan sebesar 69,8 persen dalam survei Juli 2016 lalu.
Survei PRC PolMark Indonesia Oktober 2016, juga menunjukkan bahwa Basuki adalah kandidat yang paling dikenal warga. Sebanyak 97,1 persen warga kenal Basuki. Tetapi, hanya 58,3 persen yang mengaku suka pada Basuki.
Sementara itu, Anies dikenal oleh 82,8 persen masyarakat Jakarta dan disukai oleh 63,1 persen masyarakat. Lebih banyak warga Jakarta, yang menyukai Anies dibandingkan Basuki. Sedangkan Agus dikenal oleh 81,5 persen dan disukai oleh 53,5 persen masyarakat Jakarta.
Sementara itu, menyangkut popularitas dan kedisukaan para kandidat Wakil Gubernur, Djarot dikenal oleh 79,6 persen dan disukai 46,9 persen warga. Sandiaga dikenal oleh 75,6 persen dan disukai oleh 50,8 persen masyarakat. Sementara itu, Sylviana dikenal oleh 56,1 persen dan disukai oleh 32,7 persen warga Jakarta.
Secara umum, masyarakat DKI Jakarta menilai Basuki-Djarot berhasil dalam hal penyediaan transportasi umum yang memadai, pembersihan sungai-sungai di Jakarta, perbaikan fasilitas angkutan dan jalan raya, dan perbaikan kinerja birokrasi. Sedangkan dalam hal penanggulangan banjir, penanggulangan kemacetan, penertiban "pemukiman liar", dan penertiban pedagang kaki lima (PKL), Basuki-Djarot dinilai gagal.
"Berbasis hasil tiga kali survei yang sudah dilakukan, serta riset dan pemetaan politik Jakarta, ditambah dengan kecenderungan pemilih Jakarta sejak Pilkada 2012, saya pribadi menduga bahwa Pilkada Jakarta berpotensi besar berlangsung dalam dua putaran," tulis Eep.
Menurtunya, tren data yang tersedia menunjukkan bahwa pasangan Anies-Sandiaga berpotensi mendulang suara terbanyak dalam Putaran Pertama, diikuti oleh pasangan Basuki-Djarot. Tersedia potensi yang cukup besar, petahana dapat ditumbangkan dalam Pilkada Jakarta 2017 ini, mengulang fenomena serupa dalam Pilkada 2012 lalu.
Eep menjelaskan, PRC merupakan lembaga di bawah PolMark Indonesia. PRC menggelar survei Pilkada Jakarta 2017 sebanyak tiga kali, yaitu pada bulan Februari, Juli dan Oktober 2016.
Survei ketiga PRC PolMark Indonesia yang kegiatan wawancara/turun lapangannya diadakan pada 28 September - 4 Oktober 2016 lalu.
Survei ini dilakukan terhadap 1.100 responden, yaitu warga Jakarta berhak pilih pada saat survei diadakan.
Responden diambil dengan metode multistage random sampling (sampel acak bertingkat), diwawancarai secara tatap muka. Margin of error survei ini adalah +/- 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Responden terdistribusi secara proporsional di setiap Kota di DKI Jakarta. (asp)