Survei: Jika Pilpres Tahun Ini, Prabowo Kalah Lagi
- ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf
VIVA.co.id – Direktur Center Strategic International Studies (CSIS), Philips J Vermonte, menyatakan meningkatnya tingkat kepuasan publik terhadap dua tahun kepemimpinan Joko Widodo hingga 66,5 persen, telah berdampak pada elektabilitas sejumlah tokoh nasional di Indonesia.
Bahkan, hasil penelitian yang dilakukan CSIS itu menunjukkan, jika pemilihan Presiden dilakukan tahun ini pesaing kuat Jokowi pada Pilpres 2014 lalu, Prabowo Subianto, mengalami penurunan dan dipastikan akan kalah.
"Karena tingkat elektabilitas Pak Prabowo dalam hasil survei kami mengalami penurunan sekitar 4 persen. Pada Oktober 2015 lalu tingkat elektabilitas Pak Prabowo mencapai 28 persen, Agustus 2016 ini hanya 24,3 persen," kata Philips Vermonte di Kantor CSIS, Jakarta Pusat, Selasa 13 September 2016.
Selain itu, kata Philips, tingkat elektabilitas Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengalami peningkatan. Jika pada tahun lalu elektabilitas meningkat 4,8 persen, maka elektabilitas SBY pada Agustus tahun ini naik menjadi 5,6 persen.
Peningkatan elektabilitas juga dialami Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Tahun lalu elektabilitasnya pada angka 3,6 persen, kini menduduki 5,5 persen. Hal yang sama juga dialami oleh mantan Menteri Pendidikan, Anies Baswedan. Tahun lalu elektabilitas ketokohan Anies hanya 1,4 persen, hari ini sudah mencapai 2,4 persen.
Ia melanjutkan, penurunan elektabilitas tidak hanya dirasakan oleh Prabowo Subianto. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) juga mengalami hal yang sama, tahun lalu elektabilitas Ahok mencapai 4,9 persen, sementara hari ini hanya berada pada posisi 4 persen.
"Jika berdasarkan elektabilitas ketokohan nasional, jika Pilpres dilakukan hari ini Prabowo akan kalah dari Jokowi,"ujarnya.
Untuk diketahui, hasil survei yang dilakukan oleh CSIS menyatakan bahwa posisi Jokowi akan tetap menjadi Presiden jika Pilpres dilakukan saat ini, berdasarkan basis dukungan yang diperoleh oleh Kepemimpinan Jokowi, yaitu berdasarkan dukungan pemilih Partai PDI Perjuangan, Nasdem, PKB, dan Golkar. Sementara basis dukungan Prabowo diperoleh dari Partai Gerindra, PAN, PPP, Hanura, dan PBB. Sementara basis dukungan SBY hanya dari Partai Demokrat.
Survei CSIS tersebut dilakukan dengan 1000 responden secara acak dan proporsional yang tersebar pada 34 provinsi di Indonesia. Responden adalah warga negara Indonesia yang sudah memiliki hak pilih atau berusia 17 tahun ke atas.