Politikus PDIP Kritik Verifikasi KTP Sepihak Teman Ahok
- VIVA.co.id/ Rebecca Reifi Georgina
VIVA.co.id - Ketua Dewan Pembina ormas Posko Perjuangan Rakyat, Pospera, yang juga anggota DPR, Adian Napitupulu, menyikapi pernyataan Tim Ahli Teman Ahok, I Gusti Putu Artha, yang akan akan melakukan verifikasi sejuta KTP dukungan yang berhasil dikumpulkannya. Menurut Adian, di salah satu studio tv swasta, Putu Artha berkali-kali mengajaknya dengan intonasi yang tinggi untuk hadir dalam verifikasi 1 juta KTP.
"Yang dikumpulkan sendiri, dihitung sendiri dan rencananya diverifikasi sendiri," kata Adian melalui siaran pers yang diterima VIVA.co.id, Rabu, 29 Juni 2016.
Adian mengaku senang diundang terbuka oleh Putu Artha walau merasa bingung yang bersangkutan mengundang atau justru mengancamnya.
"Harusnya mengundang itu bicara baik, halus, lembut tidak perlu berteriak-teriak. Walau bingung tapi saya coba memahami bahwa berteriak itu identik dengan kepanikan," ujarnya.
Menurut politikus PDIP ini, mengumpulkan KTP dan memverifikasi KTP sendiri itu sama seperti sebuah permainan yang dimainkan sendiri, disoraki sendiri, diwasiti sendiri, lalu dipuji-puji sendiri, dan terakhir tertawa bangga sendiri.
"Di salah satu media massa Teman Ahok mengklaim sudah siapkan 4.000 relawan berbayar untuk memverifikasi 1 juta KTP itu. Dengan 4.000 relawan berbayar maka tiap relawan berbayar rata-rata harus memverifikasi 250 KTP," katanya.
Adian menjelaskan jika dihitung secara logis, realistis dan humanis berdasarkan biaya yang sama dengan apa yang dibayarkan Teman Ahok untuk mengumpulkan KTP, yaitu 560 KTP per bulan dengan dibayar Rp2,5 juta berarti per KTP dibiayai Rp 4.450.
"Dengan jumlah Relawan 4.000 orang maka untuk verifikasi 1 juta KTP Teman Ahok diperkirakan bisa habiskan Rp 4,4 miliar," katanya.
Jika angka itu benar, Adian merasa miris karena biaya verifikasi KTP itu menghabiskan uang senilai 4 bangunan SD. Adian menyarankan Teman Ahok berhemat dan memanfaatkan uang tersebut untuk kepentingan lain yang lebih konkret seperti membeli ambulans.
"Kalau saja Teman Ahok mau sabar hingga 50 hari ke depan maka Teman Ahok bisa menghemat banyak uang karena verifikasi administrasi dan faktual yang nanti pasti juga akan dilakukan oleh KPU di bulan Agustus," tuturnya.
Adian menduga uang bagi Teman Ahok bukan masalah besar, butuh berapapun bisa disiapkan dengan mudah, cukup jual kaos, semua biaya beres.
"Di luar itu semua, wajar rasanya jika saya terheran-heran kenapa Teman Ahok tidak sabar tunggu verifikasi KPU. Apakah para donatur mulai ragu dengan klaim 1 juta KTP itu? Atau partai yang diajak barter dengan 1 juta KTP mulai sanksi? Atau ini untuk membentuk opini mengepung KPU agar nanti verifikasi yang dilakukan KPU hasilnya tidak jauh beda," tanyanya.
Selanjutnya, Adian mempertanyakan bagaimana mungkin dia membuang waktu selama 5-6 jam hanya untuk duduk dan mendengar paparan dari kesimpulan sebuah cerita yang tidak dia ikuti langsung prosesnya setiap hari.
"Saya tidak mau buang waktu untuk menyaksikan pengujian yang dilakukan dengan sample random melalui telepon, karena sudah lama saya tidak lagi berminat bermain tebak-tebak buah manggis. Maaf saya cukup rasional dan dewasa untuk tidak lagi percaya adanya sekelompok super hero seperti The Avenger yang berisi Iron Man, Captain America, dan kawan-kawan. Nalar dan logika saya bisa membedakan mana fiksi dan kisah nyata," katanya.