PKS Ungkap Jasa Besar Habibie di Awal Reformasi

Presiden ketiga RI, BJ Habibie meninggal dunia.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA.co.id – Presiden Indonesia ketiga, B.J Habibie, tepat berulang tahun ke-80 pada 25 Juni 2016 ini. Berbagai doa, agar ia senantiasa sehat, terus mengalir, termasuk dari Partai Keadilan Sejahtera.

Bukan tanpa alasan, partai ini rupanya memiliki cerita tersendiri dengan Habibie. Pria yang dikenal pintar membuat pesawat itu ternyata punya andil sehingga partai ini bisa berkiprah hingga sekarang.

Kisah itu dituturkan oleh Ketua Fraksi PKS DPR, Jazuli Juwaini. Ia mengatakan, dengan kebebasan berpolitik dan mendirikan partai saat kepemimpinannya, PKS bisa berdiri. Saat Habibie menjadi Presiden, PKS masih bernama Partai Keadilan atau PK.

"Meskipun saat reformasi masih sebatas Partai Keadilan tapi itu menjadi cikal bakal lahirnya Partai Keadilan Sejahtera. Habibie pula yang merestui lahirnya Partai Keadilan. Saat itu Nurmahmudi Ismail (Presiden Partai Keadilan saat itu) datang menemui Habibie lewat Faisal Tanjung (Panglima ABRI saat itu)," ujar Jazuli, dalam keterangan persnya, Sabtu 25 Juni 2016.

Dalam proses selanjutnya, PKS menganggap Habibie punya peran besar dalam bidang teknologi dan demokrasi. Dengan dedikasi itu, lanjut Jazuli, pada milad PKS ke-18, April 2016 lalu, Habibie dianugerahi sebagai tokoh muslim dan negarawan. Penghargaan itu diberikan langsung oleh Presiden PKS Sohibul Iman.

Jazuli mengungkapkan, dari sisi kepemimpinan, Habibie sudah teruji memimpin Indonesia. Walau hanya dalam waktu singkat, berbagai terobosan dilakukan di eranya itu.

"Habibie mengalami masa terpendek dalam sejarah Presiden RI, 1 tahun 5 bulan. Tapi, di masa yang singkat tersebut Habibie telah meletakkan pondasi politik bagi bangunan demokrasi Indonesia hari ini. UU Parpol lahir, UU Pemilu lahir, UU Susduk DPR/ MPR juga lahir. Ada 12 Ketetapan MPR yang ditetapkan, dan yang paling penting, Habibie telah berhasil memotong nilai tukar rupiah dari kisaran Rp15.000 menjadi Rp6.500," ujar Jazuli.

Mengenai referendum Timor Timur pada 30 Agustus 1999, menurutnya itu adalah keputusan demokrasi. Walau akhirnya, provinsi termuda Indonesia itu lepas dan kini menjadi negara sendiri yakni Timor Leste.

"Tapi, keputusan tersebut tentu dibuat dengan pertimbangan secara matang, khususnya dari faktor historis, dan atas masukan dari banyak pihak. Fraksi PKS menghormati dan mengakui keberanian Habibie mengambil keputusan strategis meskipun tidak populis. Wajar, jika Habibie diakui sebagai Bapak Demokrasi yang tegas dalam ambil keputusan," kata Jazuli.

Jazuli berharap agar generasi Indonesia saat ini meneladani sikap serta pemikiran Habibie tersebut. Agar lahir Habibie muda yang tekun belajar, kokoh dalam pertahankan prinsip, dan berdedikasi penuh untuk agama, bangsa, dan negara.

"Bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, harus memahami betul sosok Presiden Habibie. Memahaminya harus dimulai dari banyak interaksi, baik secara fisik maupun membaca profil maupun gagasan-gagasannya. Karena hanya dengan itulah bangsa Indonesia bisa meneladani apa yang pernah Bung Karno sampaikan: Jas Merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah," tutur Jazuli.