Ade Komarudin: Gus Dur juga Tak Lulus S1, Sama dengan Mega
- AP Photo/Muchtar Zakaria
VIVA.co.id - Pemberian gelar kehormatan doktor honoris causa (HC) dari Universitas Padjadjaran (Unpad) kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menuai pro dan kontra. Salah satu dari mereka yang tidak setuju membuat petisi melalui Change.org.
Alasannya, Megawati gagal menyelesaikan studi sarjananya di Fakultas Pertanian Unpad. Padahal, seharusnya jika sesuai aturan penerima gelar doktor HC harus memiliki gelar akademis paling rendah sarjana (S-1).
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Ade Komarudin mengatakan penolakan itu seharusnya tak terjadi. Menurut Ade, gelar kehormatan tersebut tak berbeda dengan apa yang diberikan kepada Presiden keempat, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
"Saya pikir dulu Gus Dur dulu kan tak tamat S1. Tapi siapa yang tidak percaya dengan kapasitas Gus Dur? Dia (Gus Dur) kan luar biasa. Jadi jangan permasalahkan hal seperti itu (pemberian gelar doktor kehormatan kepada Megawati)," kata Akom sapaan Ade Komarudin di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Jumat, 27 Mei 2016.
Untuk itu, Akom mengatakan bahwa publik tak semestinya mengkritik pemberian gelar doktor kehormatan itu kepada Megawati. Sebab, Gus Dur juga sama-sama tak tamat Strata 1.
"Kalau begitu, Gus Dur begitu yang tak tamat sekolah (kenapa tidak) dipermasalahkan sama kita semua," ujar Akom.
Akom menjelaskan, gelar itu bisa diberikan kepada tokoh siapa saja yang memiliki dedikasi tinggi untuk bangsa dan dunia. Karenanya, tak harus lulus atau tamat mengenyam pendidikan sarjana.
"Begini, kalau honoris causa itu penghargaan akademik kepada yang punya dedikasi tinggi untuk bangsanya, untuk dunia. Jadi gelar begitu (HC) tak pernah ada masalah. Jadi soal penghargaan honoris causa itu setahu saya begitu," kata Akom.
Untuk diketahui, pada tahun 1963 Gus Dur menerima beasiswa dari Kementerian Agama untuk belajar Studi Islam di Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir.
Pada tahun 1966, ia diberitahu bahwa harus mengulang belajar. Pendidikan prasarjana Gus Dur diselamatkan melalui beasiswa di Universitas Baghdad. Gus Dur kemudian pindah ke Irak dan menikmati lingkungan barunya.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad tahun 1970, Gus Dur pergi ke Belanda untuk meneruskan pendidikannya. Gus Dur ingin belajar di Universitas Leiden, tetapi kecewa karena pendidikannya di Universitas Baghdad kurang diakui.
Dari Belanda, Wahid pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971. (ase)