Syarat Panglima TNI Jadi Calon Kuat di Pilpres 2019
- VIVA.co.id/Tudji Martudji
VIVA.co.id - Harga daging yang melambung tinggi, membuat Presiden Joko Widodo menginstruksikan jajaran TNI untuk mengecek kondisi pasar. Harga daging melonjak, bahkan menyentuh harga Rp120 ribu per kilogram (kg).
Namun, dalam kalkulasi politik, tugas itu dianggap bisa membuat nama Panglima TNI Gatot Nurmantyo, mencuat. Apalagi, kalau berhasil menjalankan tugasnya.
"Jokowi memberi panggung politik yang sangat luas kepada Gatot. Gatot misalnya diberikan otoritas untuk mengendalikan harga pangan. Ini luar biasa. Kalau Gatot maju dalam capres, ya salah Jokowi sendiri kasih panggung," kata Direktur Eksekutif Aufklarung Institute, Dahroni Agung Prasetyo, saat dihubungi, Rabu, 3 Februari 2016.
Dia mengandaikan, sosok Gatot bisa mengulang peristiwa Susilo Bambang Yudhoyono pada 2003-2004 silam. Di mana SBY menjadi orang yang diandalkan Megawati. Namun akhirnya, SBY juga yang bisa mengalahkan Mega. Menurutnya, kisah seperti itu bisa saja terjadi.
"Bisa saja Gatot seperti SBY dulu, dan Jokowi seperti Megawati. Dahulu SBY diberi panggung oleh Megawati. Lalu bilang tidak akan nyapres, namun pada akhirnya maju juga dalam pencapresan," kata Agung.
Sebelumnya, dari hasil survei yang dilakukan Segitiga Institute menunjukkan bahwa Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo merupakan tokoh yang paling banyak dipilih untuk menjadi Presiden dengan latar belakang militer.
"Dari data yang diperoleh, ternyata pilihan tertinggi jatuh pada Gatot Nurmantyo yang tingkat elektabilitasnya mencapai 35,9 persen," ujar Direktur Eksekutif Segitiga Institute Muhammad Sukron di Jakarta, Sabtu, 30 Januari 2016.
Survei bertajuk Kerinduan Publik Akan Pemimpin Militer ini dilakukan dengan pertanyaan yang mengerucut kepada sosok pimpinan berlatar belakang militer.
Sukron mengatakan, pihaknya memberikan pertanyaan tertutup dengan menawarkan empat nama yang pernah menjadi Panglima TNI.