Mengungkap Dalang di Balik Sudirman Said

Sudirman Said
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Dua pekan setelah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said melapor ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), isu seputar skandal Freeport masih menjadi perbincangan di masyarakat. Apalagi hari ini, Senin, 30 November 2015, untuk membahas jadwal sidang dugaan pelanggaran etik yang dilakukan oleh Ketua DPR Setya Novanto tersebut.

Beberapa pihak telah mengungkap adanya permainan di balik persoalan tersebut. Mereka menilai apa yang dilakukan oleh Sudirman bukanlah berdiri sendiri melainkan ada aktor atau dalang yang memainkan wayang di balik layar.

Anggota Komisi III dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Masinton Pasaribu mengatakan, kisruh Freeport itu tak lepas dari pertarungan tiga kelompok bisnis pengejar rente. Menurut Masinton, mereka berambisi memenuhi kepentingan diri dan kelompok bisnisnya dengan menginjak kepentingan bangsa. Siapa mereka?

"Kan jelas dalam peta. Ada dua kepentingan kelompok bisnis," kata Masinton kepada VIVA.co.id belum lama ini.

Merujuk pada apa yang disampaikan oleh koleganya di PDIP, Effendi Simbolon, Masinton membeberkan  kelompok itu adalah, pertama kelompok binsis Ary Soermarno and the genk yang diwakili Sudirman Said. Kedua, kelompok bisnis Muhammad Reza Chalid yang diwakili Setya Novanto. Sedangkan kelompok terakhir tentu saja kepentingan kelompok bisnis Freeport.

"Kelompok bisnis yang berwatak rente begini, jangan dikasih celah," kata Masinton lagi.

Rahasia Umum

Anggota Fraksi PDIP Effendi Simbolon tak menampik dugaan Sudirman melaporkan Novanto ke MKD karena dorongan pihak-pihak yang ada di belakangnya. Menurut dia, konspirasi besar itu memang sudah diketahui banyak pihak.

"Iya ini sudah rahasia umum. Sudirman ini di bawahnya Ary Soemarno ini. Dia (Sudirman) nggak mungkin bermain tunggal. Semua bermain besar," kata Effendi ketika dihubungi VIVA.co.id.

Menurut anggota Komisi I ini, semua kegaduhan itu adalah bagian dari persaingan bisnis antarberbagai kubu. Aksi saling menjegal ini katanya sampai terbawa ke DPR.

"Ini kan saling menjegal dengan persaingan bisnis mereka. Kita lihat misalnya ada perjuangan meloloskan dana PMN (Penyertaan Modal Negara) itu kan," terang Effendi.

Selain itu, katanya, isu Sudirman-Novanto-MKD ini telah menutupi beberapa isu besar, salah satunya terkait dugaan korupsi besar di tubuh PT Pelindo II.

"Kita mengetahui konspirasi besar antara 'benalu-benalu' di kabinet yang berkonspirasi dengan perusahaan asing, yang mengadu domba pemerintah dengan DPR, DPR dengan masyarakat," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah mengaku paham atas keadaan yang dialami oleh Menteri ESDM Sudirman Said. Fahri menilai tindakan Sudirman melapor ke MKD bukan didasari oleh kemauannya pribadi.

"Mungkin saja bukan dari kemauan dari Pak Sudirman pribadi. Memang saya kenal Pak Sudirman ini orang yang polos, nothing to lose," kata Fahri.

Karena itulah, politikus Partai Keadilan Sejahtera ini kemudian menyampaikan karakter polos Sudirman itu kepada Novanto. Juga mengenai informasi bahwa ada yang memanfaatkan ketidaktahuan Sudirman itu.

"Saya juga sudah ngomong dengan Pak Ketua. Pak Ketua, ini ada yang memanfaatkan ketidaktahuan masalah ini, sehingga mendorong dia (Sudirman) untuk melakukan tindakan-tindakan di luar kapasitas dia dan di luar posisi dia sebagai Menteri untuk kepentingan-kepetingan tertentu," tuturnya.

Namun Fahri tidak mengungkapkan siapa dalang yang sedang memanfaatkan Sudirman. Ia menjelaskan bahwa saat ini, di Istana sedang ada pergolakan politik.

"Bisa jadi ada struggle politik di tingkat Istana, saya tidak tahu, maka itulah. Karena Pak Sudirman sendiri terjebak menggunakan kop negara untuk sesuatu yang bersifatnya pribadi," kata Fahri.

Selanjutnya... Sudirman-Novanto Hanya Pion

Sudirman-Novanto Hanya Pion

Pengamat komunikasi politik Tjipta Lesmana menguatkan dugaan adanya orang-orang besar sebagai pengendali dari kasus dugaan pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden untuk meminta saham PT Freeport Indonesia. Apalagi, kasus itu menyeret dua nama, yakni Menteri ESDM Sudirman Said selaku pelapor dan Ketua DPR Setya Novanto selaku terlapor.

"Yang jelas, Sudirman Said dekat dengan (Menteri Badan Usaha Milik Negara) Rini Soemarno. Rini dekat dengan Sofyan Djalil (Menteri Perencanaan Pembungan Nasional/Kepala Bappenas). Sofyan dekat dengan JK (Wapres Jusuf Kalla). Saya enggak tahu apa seperti itu," kata Tjipta.

Dia mengatakan, susah ditebak siapa pihak di balik kasus ini. Namun, yang pasti, baik Sudirman Said maupun Setya Novanto, menurutnya, hanya pemain kecil.

"Tapi yang jelas, ada pihak-pihak yang bermain. Mereka hanya pion-pion. Tetapi, di belakangnya saya yakin ada gajah-gajah itu," jelasnya.

Dugaan pencatutan nama Jokowi dan Jusuf Kalla, pertama kali diutarakan Sudirman Said. Hingga kemudian, dia melaporkan ke Mahkamah Kehormatan Dewan.

Nama Setya Novanto, terkonfirmasi dalam transkrip rekaman 11 menit yang beredar. Selain itu, ada dua pihak lagi, yakni pengusaha M. Reza Chalid dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.

Novanto sudah membantah dia mencatut nama Presiden dan Wakil Presiden. Bahkan, Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu menyampaikannya langsung Wapres Jusuf Kalla.