Di Pilkada 2024 PKS Kalah di Basis Massanya Seperti Depok, Penyebabnya Karena Ini?

Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam
Sumber :
  • Istimewa

Jakarta, VIVA – Salah satu sorotan dari hasil hitung cepat atau quick count di Pilkada Serentak 2024, adalah Pilkada Jakarta, Pilkada Depok dan Pilkada Jawa Barat. Calon-calon yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, kalah.

Padahal, seperti di Jakarta, PKS adalah partai pemenang Pileg 2024. Partai ini menjadi peraih suara terbanyak. Tapi di Pilkada Jakarta dimana kader PKS yakni Suswono yang menjadi cawagub berpasangan dengan cagub Ridwan Kamil, justru keok.

Di Kota Depok, juga demikian. Selama ini, Depok dikenal sebagai basisnya PKS. Ini terbukti dengan jabatan Wali Kota Depok yang selalu dimenangkan oleh kader PKS. Dari Nur Mahmudi yang menjabat 2 periode (2006-2016) hingga Mohammad Idris yang juga menjadi Wali Kota Depok dua periode (2016-sekarang). Tapi pasangan Imam Budi Hartono-Ririn Farabi yang diusung PKS dan Golkar, kalah dari Supian-Chandra.

Di Pilkada Jawa Barat, pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Habibie yang diusung PKS dan Nasdem, tidak bisa berbuat banyak. Kalah jauh dari Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan. Walaupun Syaikhu adalah Presiden PKS. 

Lalu, apa yang menyebabkan PKS keok, bahkan di daerah yang disebut sebagai basis suara mereka?

"Kalau kita melihat tumbangnya PKS dalam beberapa pilkada di Jawa Barat, Depok dan DKI Jakarta, tentu bisa kita analisa ke beberapa penyebab. Pertama soal ketokohan. Bisa jadi tokoh yang diusung PKS dalam bursa pilkada memang tokoh "kurang menjual" sehingga tidak mendapat atensi dan dukungan oleh pemilih atau masyarakat," jelas pengamat politik, Arif Nurul Imam, kepada VIVA, Kamis 28 November 2024.

Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia ini mengatakan, faktor lain yang bisa dilihat dari kekalahan PKS di beberapa pilkada seperti Depok, Jawa Barat dan Jakarta, adalah kesalahan dalam menjalin koalisi. Menurutnya, ini juga bisa menjadi penyebab sehingga suara yang diperoleh tidak signifikan.

"Faktor lainnya bisa jadi memang ini juga faktor melemahnya mesin politik partai," kata Arif.

Lebih lanjut dia melihat, situasi politik di Indonesia terutama terkait pemilih, tidak statis. Mereka terus bergerak maju. Tapi sayangnya, kondisi ini yang tidak bisa ditangkap oleh partai politik sehingga mereka gagal mendapat simpati pemilih, termasuk PKS.

"Misalnya situasi politik yang memang bergerak dinamis yang gagal diantisipasi oleh PKS," katanya.