Ahmad Ali -AKA Gratiskan Perlengkapan Sekolah, juga Beasiswa Tenaga Pengajar di Sulteng

Cagub-cawagub Sulteng, Ahmad Ali - Abdul Karim Aljufri
Sumber :
  • Instagram/ Abdul Karim Aljufri

Jakarta, VIVA – Peningkatan kualitas pendidikan dan akses sarana prasarana pendidikan di Sulawesi Tengah, menjadi komitmen dari pasangan calon atau paslon cagub-cawagub nomor urut 1, Ahmad Ali - Abdul Karim Aljufri atau AKA. Kualitas pendidikan yang merata menjadi komitmen mereka.

AKA menjelaskan itu melihat masalah putus sekolah atau tidak tercapai target rata-rata lama Sekolah (RLS) terjadi karena faktor kemiskinan warga. Diakuinya, angka putus sekolah masih tinggi walau sekolah gratis 12 tahun sejak era pemerintahan SBY.

“Sudah gratis, tapi masih putus sekolah. Kami temukan keluhan orangtua yang kesulitan membeli perlengkapan sekolah seperti seragam, buku, hingga sepatu untuk anaknya. Kami akan gratiskan itu semua di tingkat SD-SMP-SMA di seluruh Sulawesi Tengah. Jadi orangtua tak perlu lagi khawatir dan bisa membuat anak lebih semangat bersekolah," kata politisi yang juga Ketua Regional Gerindra Sulawesi itu.

Politisi yang sempat menjadi juara dunia pencak silat ini mengatakan, anak usia 16-18 yang tidak sekolah di Sulawesi Tengah mencapai 29.064 orang. Anak usia kuliah 19-24 tahun yang belum kuliah mencapai 208.930 orang.

"Kami akan memberikan beasiswa daerah bagi 29.064 pelajar SMA/SMK dan 208.930 usia kuliah, serta melakukan retrieval anak putus sekolah dan menyekolahkan kembali. Kami akan menyediakan beasiswa bagi guru), untuk melanjutkan pendidikan S2 atau sampai S3, karena kunci peningkatan mutu pendidikan juga ada pada tenaga pengajar, " jelas AKA.

Lebih lanjut dia menegaskan, tidak hanya seragam dan perlengkapan sekolah gratis dan beasiswa. Termasuk yang menjadi fokus mereka nantinya bil menang adalah fasilitas sekolah yang merata dan memadai. 

Fasilitas sekolah SD diakui sudah cukup tersebar di daerah hingga pelosok Sulteng. Tapi untuk SMP dan SMA yang itu kewenangan provinsi, masih butuh perhatian dari pemerintah.

"Banyak anak lulus SD di Sulteng, tapi bingung saat mau lanjut SMP dan SMA karena fasilitas di daerah tidak memadai dari segi jumlah dan juga mutu. Ini yang perlu tingkatkan, akses dan sarana pendidikan yang merata," kata AKA.

Pendidikan vokasi juga dikembangkan. AKA mengatakan, ini untuk keahlian dan keterampilan anak muda sesuai permintaan pasar. Ia mencontohkan di Morowali, Palu yang menjadi basis nikel dan emas. Sementara untuk vokasi peternakan,  pertanian dan perikanan bisa di Parigi Moutong dan Banggai.

"Pendidikan vokasi akan diselenggarakan melalui penyediaan politeknik di kabupaten, selain itu vokasi bisa di masukan dalam kurikulum sesuai kebutuhan industri yang ada di Sulteng, kami juga akan memaksimalkan kerja sama  sekolah vokasi dengan swasta dan BUMN, jadi anak muda Sulteng sudah siap kerja dan mampu bersaing secara global setelah lulus," ujar AKA.

Jelas dia, RLS bisa terjadi karena faktor lain seperti anak membantu orangtuanya, pernikahan dini juga. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS 2022, angka pernikahan dini di Sulteng 12,65 persen, dan menduduki peringkat kelima secara nasional.

“Faktor utama ini terjadi adalah orang tuanya miskin  sampai miskin ekstrim, jadi memaksa anaknya harus ikut kerja dan nikah. Kami harus intervensi itu,  kami punya program usaha yang melibatkan masyarakat. Ada 10 ribu wirausaha, pengembangan 30 HA pertambakan rakyat, pengembangan UMKM, penyediaan modal, pendampingan usaha yang semuanya dibangun dengan kolaborasi pemerintah dan rakyat, kami yakin program ini meningkatkan perekonomian warga,” tegas AKA.

Masalah lain kata dia, adalah akses menuju sekolah. Bukan saja dari anak sekolah, tetapi juga pemerintah, kepala sekolah termasuk guru yang ingin meningkatkan pendidikan didaerah.  Maka perbaikan akses jalan, sarana dan prasarana menuju sekolah dan layak, menjadi komitmen pihaknya. 

Dijelaskan oleh AKA, penyelesaian persoalan ini adalah kolaborasi antara pemprov dengan kabupaten/kota. Kewenangan provinsi yang akan pihaknya lakukan seperti penuntasan blankspot area (686 Desa), bantuan pemasangan sambungan Listrik bagi 35.000 Rumah Tangga Tidak Berlistrik, Memfasilitasi penyediaan sarana Listrik di wilayah 3T, Percepatan, Peningkatan dan Pemerataan Pembangunan Jalan, Jembatan, dan Pengairan. 

Kemudian percepatan, peningkatan Konektivitas darat dan perairan antar wilayah kabupaten serta Padat Karya Pemeliharaan Jalan dan Irigasi Provinsi. 

“Kondisi ekonomi membaik, akses jalan bagus, kualitas guru sarana dan prasarana sekolah meningkat, saya yakin Sulteng bisa menyelesaikan persoalan pendidikan ini,” tutup AKA.