Gus Faris: Hari Ini PBNU Ingin jadi Politik, Lebih Politis daripada PKB

KH Faris Fuad Hasyim alias Gus Faris (kanan), pengasuh Ponpes Buntet, Cirebon.
Sumber :
  • Podcast Padasuka Tv

Jakarta, VIVA – Konflik antar elite Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memunculkan sorotan luas. Kalangan ulama Nahdlatul Ulama (NU) pun merespons kisruh petinggi PBNU dengan PKB itu.

Salah satunya yang menyoroti adalah KH Faris Fuad Hasyim alias Gus Faris yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Buntet, Cirebon. 

Gus Faris mengingatkan PBNU dan PKB memiliki peran dan tugas yang tidak boleh saling serobot. Cucu dari KH Abbas Buntet ini menceritakan sejarah lahirnya PKB oleh para kiai NU. 

”Dalam sejarahnya, kiai-kiai ulama NU mendirikan PKB punya alasan bahwa kekuatan agama dan kekuatan politik itu kembar dua. Kekuatan agama itu pondasinya sedangkan  kekuatan politik sebagai penjaga,” kata Gus Faris dalam salah satu podcast dikutip pada Senin, 12 Agutus 2024. 

Menurut dia, NU ibarat rumah besar keagamaan yang kokoh dengan pondasi yang kuat. Namun, sebelum lahirnya PKB, NU tidak memiliki penjaga di ranah politik. 

Cak Imin bersama elite PKB menemui Presiden Jokowi di Istana Negara.

Photo :
  • Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden

Dia menekankan ibarat apapun rumah besar kokoh tanpa penjaga maka konsekuensinya barang-barangnya akan dicuri orang lain. 

”Konsekuensinya barangnya NU bisa dicuri orang lain maka kiai-kiai NU berfikir perlu membuat penjaga yaitu kekuatan politik maka lahirlah PKB. Kekuatan agama sebagai pondasi sementara kekuatan politik sebagai penjaga," jelas Gus Faris. 

Dia bilang dengan peran itu, masing-masing pihak jangan sampai berebut. Menurut Gus Faris, NU jangan sampai dijadikan penjaga karena bisa rusak. 

"Begitu pula PKB, jangan sampai menjadi jamiyah. Ini bisa rusak karena PKB kekuatan politik,” tuturnya. 

Gus Faris pun prihatin dengan fenomena belakangan ini lantaran segelintir elite PBNU menampakkan diri seperti ingin mengambilalih PKB. 

”Hari ini kelihatannya ya kalau saya analisa ya, ini NU pingin jadi PKB. Menurut saya ini jadi berantakan semua," lanjutnya. 

"Gak pas dengan relnya, dengan apa yang dicita-citakan oleh para muasis PKB yang notabenya adalah para ulama NU,” ujar Gus Faris. 

Pun, dia juga menyinggung insiden PBNU yang belum lama ini didemo sejumlah kader NU. Gus Faris merasa heran karena belum ada sejarahnya, kantor PBNU didemo para kader NU.

Gus Faris memastikan pendemo PBNU adalah kader NU lantaran mengenalnya.

”Dalam catatan sejarah PBNU atau NU, belum pernah ada demo-demo begitu. Nah, adanya kemarin kader NU yang mendemo PBNU, dan itu kita tidak boleh mengatakan itu bukan kader NU," tuturnya.

Bagi dia, aksi demo itu seperti gambaran karena puncak kekecewaan kader NU terhadap PBNU. Ini menurut saya jangan dianggap hal biasa-biasa saja oleh PBNU. 

"Ketika PBNU tidak mampu untuk introspeksi diri maka MLB (Muktamar Luar Biasa) PBNU akan sangat mungkin terjadi, menurut saya,” katanya. 

Menurutnya, jika MLB PBNU terjadi maka semua akan berubah. Dia menyindir hari ini PBNU seperti punya keinginan lebih politis dari PKB.

”Kalau mungkin MLB PBNU itu maslahat, kenapa tidak? Karena menurut saya, hari ini, PBNU ingin menjadi politik. Lebih politis daripada PKB-nya sendiri, harusnya nggak seperti itu,” katanya. 

Gus Faris juga mengingatkan, keinginan segelintir elite PBNU yang merecoki PKB bertolak belakang dengan apa yang terjadi di bawah. Hal itu terlihat hubungan PKB dengan NU berjalan harmonis. 

”Di bawah nggak menghendaki seperti itu. Saling intropeksi diri. PBNU segera introspeksi diri, begitu juga PKB-nya, lalu kita perbaiki bersama-sama," ujar Gus Faris.

Dia meminta ada solusi yang terbaik untuk keduanya. Menurutnya, kedua belah pihak jangan saling serang seperti kondisi sekarang. 

"Kalau sudah saling serang seperti ini, PBNU menyerang PKB seperti ini, ini sudah lepas dari relnya. Padahal PBNU yang melahirkan PKB,” tuturnya.