Hasto Bilang Tak Ada Kotak Kosong di Jatim-Sumut, PDIP Siapkan Jagoannya Lawan Khofifah & Bobby
- VIVA/M Ali Wafa
Jakarta - Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, membeberkan dinamika terkait sikap politik pihaknya menghadapi pilkada di beberapa provinsi dari Sumatera Utara, Jawa Timur, Jakarta, hingga Bali.
Hasto menjawab isu hanya ada pasangan tunggal di Pilgub Sumatera Utara dan Jawa Timur. Menurut dia, hal itu takkan terjadi.
Dijelaskan Hasto, PDIP bisa mencalonkan pasangan sendiri di Pilgub Sumut. Di Jawa Timur, komunikasi politik terus dilakukan agar PDIP bisa mengusung calonnya.
“PDI Perjuangan di Sumut bisa mencalonkan sendiri. Di Jawa Timur kami juga sedang menyiapkan kerja sama politik, sehingga kotak kosong itu tidak akan terjadi untuk provinsi Jawa Timur dan Sumatra Utara," kata Hasto disela diskusi peringatan Peristiwa 27 Juli 1996 (Kudatuli) di kantor pusat PDIP, Jakarta, Sabtu, 20 Juli 2024.
Dia bilang tak mendukung kotak kosong terjadi di Sumut dan Jatim karena menjaga aspirasi rakyat.
Dalam dinamikanya, Khofifah Indar Parawansa jadi primadona jelang Pilgub Jatim 2024. Sejumlah partai besar terutama poros Koalisi Indonesia Maju (KIM) sudah beri dukungan untuk Khofifah maju jadi cagub Jatim.
Begitu juga dengan menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution yang seperti 'di atas angin' menuju Pilgub Sumut karena memborong dukungan dari poros KIM.
Kata Hasto, PDIP juga akan terus bergerak cepat menghadapi pilkada serentak. Bahkan, menurut dia, pada Selasa, 22 Juli, pihaknya bakal menggelar pelatihan tim kampanye pada batch yang ketiga.
Bagi dia, lebih penting PDIP menyiapkan mesin partai untuk bekerja. Lalu, dilanjutkan figur calon kepala daerah sebagai prioritas berikutnya.
“Kami menunjukkan pergerakan mesin partai dalam perencanaan strategis untuk memenangkan pilkada berdasarkan kekuatan mesin partai yang menyatu dengan rakyat itu terus dilakukan,” jelas Hasto.
Sementara, untuk Pilgub Jakarta 2024, ia menuturkan pihaknya sejauh ini masih mengkaji. Selain Ahok, ada beberapa nama lain yang dikaji untuk pilkada Jawa Tengah.
Hasto mengaku mencermati dinamika belakangan ini dengan mencuatnya isu Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang bakal maju di Pilgub Jakarta melawan Anies Baswedan.
“Baik itu terkait dengan Pak Ahok, terkait dengan pak Anies, termasuk kombinasi keduanya. Atau kemungkinan rivalitas di antara keduanya atau munculnya figur baru, seperti pak Pramono Anung," jelas Hasto.
Pun, ia menceritakan PDIP juga dapat usulan agar mendorong pakar hukum tata negara Bivitri Susanti.
"Mbak Bivitri ini ketika menyandingkan film Dirty Vote itu di Jakarta itu yang nonton hampir 8 juta orang, itu bagian dari dinamika yang menyehatkan demokrasi,” kata Hasto.
Ia melanjutkan, PDIP terus membuka suatu ruang bagi hadirnya calon-calon pemimpin tersebut, berdasarkan suara arus bawah partai.
“Muncul juga nama Mas Pramono Anung. Di Jawa Timur muncul nama ibu Tri Rismahirini, di Jawa Tengah muncul nama Pak Andika, ada Pak Hendi. Ada yang mengatakan pak Andika juga cocok di Jakarta. Ini semua masih dicermati oleh PDIP,” ujarnya.
Hasto lebih jauh mengatakan bawa pihaknya menghargai langkah PKS yang sudah mengusung Anies Baswedan-Sohibul Iman untuk Pilgub Jakarta. Namun, ditanya soal Jawa Barat, Hasto mengakui PDIP punya banyak calon.
“Sudah ada komunikasi termasuk dengan Pak Ridwan Kamil, kemudian Pak Dedi Mulyadi, Pak Bima Arya. Kemudian, dari kami ada Pak Ono Surono ya semua sudah melakukan komunikasi politik," kata Hasto.
Adapun di Banten, Hasto mengaku ada aspirasi internal partai mengajukan nama Rano Karno dan Ade Sumardi.
“Ya Banten muncul nama dari internal PDIP ada Pak Rano Karno, ada Pak Ade Sumardi. Komunikasi dengan Partai Golkar, termasuk dengan Ibu Airin sudah dilakukan bahkan dipimpin oleh Bapak Ahmad Basarah,” ujarnya.
Sementara, untuk Bali, Hasto mengatakan pihaknya masih mengkaji dengan munculnya beberapa nama. Di antaranya adalah I Wayan Koster, I Nyoman Giri Prasta, dan beberapa kepala daerah lainnya dari PDIP. “Ya tunggu momentum yang tepat. Nanti akan diumumkan bersama-sama,” imbuhnya.