Marshel Widianto hingga Nagita Slavina Dicalonkan Maju Pilkada, Rocky Gerung: Itu Konyol!

Pengamat politik Rocky Gerung.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta - Manuver parpol yang ingin calonkan artis hingga komedian maju dalam kontestan Pilkada 2024 jadi sorotan. Mulai PKB yang siap calonkan artis Nagita Slavina di Pilgub Sumut hingga Gerindra mengusung komedian Marshel Widianto di Pilkada Tangsel.

Pengamat politik Rocky Gerung mengkritisi fenomena itu karena parpol yang tak punya kader sehingga mesti outsource untuk 'menyewa' artis demi menaikkan popularitas. Bagi dia, parpol tugasnya gagal dalam melakukan kaderisasi.

"Kalau kaderisasi gagal itu artinya ketidakmampuan pemimpin partai itu dijadikan alasan untuk mengambil kader dari luar. Apalagi kalau kader dari luar itu bukan orang yang bisa disiapkan untuk jadi publik figur. Nah, itu seolah-olah jadi tontonan infotainment," kata Rocky dalam kanal YouTubenya yang dikutip pada Selasa, 9 Juli 2024.

Dia pun membandingkan perbedaan artis terjun ke dunia politik Tanah Air dengan di luar negeri seperti Amerika Serikat (AS). Contohnya di AS ada Ronald Reagen yang sukses jadi Presiden AS ke 40 hingga Arnold Schwarzenegger pernah jabat Gubernur California.

Rocky bilang baik Ronald Reagen dan Arnold jalani diskursus di Partai Republik sehingga mumpuni saat terjun ke politik. Kata dia, hal itu diperlihatkan Reagen saat mencetuskan kebijakan ekonomi Reaganomics di era pemerintahannya. 

"Jadi, dia adalah kader yang merangkap secara publik bintang film. Tapi, pendidikannya Partai Republik itu jelas ada. Plang yang disorot media massa sebagai publik figur. Tapi, sejak awal dia sudah dibekali prinsip Partai Republik," jelas Rocky.

Marshel Widianto

Photo :
  • Instagram @marshel_widianto

Dia pun mencontohkan kisah selebriti ternama AS Oprah Winfrey yang dijadikan 'maskot' oleh Partai Demokrat.

"Tapi Oprah Winfrey sendiri mengatakan saya hanya mau menjadi influencer, endorse calon parpol, bukan masuk ke kabinet atau parlemen," ujar Rocky.

Menurut dia, artis-artis di Tanah Air yang didorong terjun ke politik saat ini bisa melakukan hal yang sama seperti Oprah Winfrey.

"Melakukan tugas yang sama, mendorong seorang calon dari parpol. Tapi, bukan saya yang mencalonkan diri karena kapasitas saya bukan di situ tuh. Itu bedanya," jelas Rocky.

Rocky tak ingin artis yang tak punya kapasitas ideologi diterjunkan ke dunia politik hanya kemampuan akting di depan kamera.

"Lah di kita, bukan kita merendahkan. Tapi, kapasitas ideologi dari seorang itu tidak berbunyi tapi yang berbunyi adalah akting dia di depan kamera," lanjut Rocky.

Lebih lanjut, dia khawatir jika artis tak mumpuni tetap dicalonkan maka hanya sekadar menghipnosis publik dengan penampilannya. Kata dia, seorang yang dicalonkan itu mesti bisa berpikir kebijakan publik dalam regulasi.

Dijelaskan dia, mestinya parpol mencalonkan artis yang sudah digembleng lama sebagai kader. Bukan sebaliknya setelah mencalonkan baru dididik.

"Tapi dibilang partai nanti setelah ini kita didik. Bukan begitu caranya. Setelah dididik baru mulai mencalonkan. Bukan setelah mencalonkan baru dididik. Itu kan konyol namanya," tuturnya.

Menurut dia, kondisi itu menggambarkan kaderisasi di parpol tak berjalan. Meskipun artis atau komedian yang dicalonkan nanti bisa melucu.

"Ya, saya senang bisa melucu, tapi jangan jadi alasan untuk masuk politik. Para standup komedian ini bisa mengkritik politik dari panggung komedian itu. Tapi, begitu dia masuk dalam politik berubah menjadi tragedi," ujarnya.

Kemudian, ia menyinggung bahayanya jika dalam pilkada nanti dipilih figur yang hanya sekadar lucu dan populer. Rocky khawatir ada manipulasi yang memanfaatkan artis bila nanti jadi kepala daerah.

"Bahayanya akan dimainkan oleh mereka yang punya pengetahuan lalu mengandalkan pengetahuan itu tukar tambah dengan mereka yang punya wajah tapi tidak punya pengetahuan kan," kata Rocky.

Dia mencontohkan kejadian di parlemen DPR dengan sejumlah legislator dari kalangan artis yang dapat kursi tapi tak bisa berbuat apa-apa.

"Jadi, nanti ada manipulasi misalnya. Teman-teman artis ini cuma bisa disuruh tanda tangan saja seperti gak bisa berbuat apa-apa di parlemen. Itu pahitnya di situ," sebutnya.