Rusia Beri Medali Kehormatan ke Airlangga, Pakar: Tanda RI Patut Diperhitungkan Dunia Global
- istimewa
Jakarta - Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto mendapatkan medali kehormatan dari pemerintahan Vladimir Putin di Rusia. Figur Airlangga yang menjabat Menteri Koordinator bidang Perekonomian itu dinilai punya peran mendorong, meningkatkan, dan memperkuat kerjasama RI dengan Rusia.
Momen medali kehormatan itu disematkan diplomat senior Rusia, Mikhail Yurievich Galuzin yang pernah jadi Dutabesar Rusia untuk RI (2012-2018), di Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow, Selasa, kemarin. Dalam kesempatan itu, Airlangga didampingi istri, Yanti Airlangga, dan sejumlah petinggi Partai Golkar seperti Rizal Mallarangeng dan Ahmad Doli Kurnia.
Adapun medali kehormatan itu diterima Airlangga di sela kunjungan kerja ke Rusia yang berlangsung dari 10 sampai 12 Juni 2024.
Pakar hubungan internasional dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Teguh Santosa, menilai medali kehormatan yang diterima Airlangga jadi penanda sekaligus pengakuan terhadap RI. Bagi dia, RI masih punya posisi di di tengah dinamika politik dunia yang terus berkembang.
“Airlangga tengah memperlihatkan bahwa Indonesia bukan sekadar objek dari kepentingan global, melainkan pemain yang patut diperhitungkan dalam tata dunia hari ini dan ke depan,” kata Teguh di Jakarta dikutip pada Rabu, 12 Juni 2024.
Teguh menuturkan belakangan ini gesture politisi-politisi senior di Tanah Air seperti yang diperlihatkan Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum Partai Gerindra dan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sekaligus Ketum Partai Golkar memperlihatkan keengganan RI untuk terus jadi sekadar pelengkap dalam percaturan politk dan ekonomi dunia.
Pun, dia menjelaskan dengan contoh ketegasan Prabowo dalam wawancara dengan Aljazeera belum lama ini. Saat wawancara itu, Prabowo tegas bilang RI di masa kepemimpinannya akan menjalin kerjasama dengan semua negara.
Prabowo tidak ingin RI dijebak oleh pihak manapun di tengah kompetisi yang sedang terjadi di antara super power.
“Kami mengundang AS, Jepang, Korea dan Eropa. Fakta kami bertemu dengan Anda tidak berarti kami tidak bisa berteman dengan China, India, Rusia," jelas Teguh menirukan pandangan Prabowo.
Sementara, dia menilai Airlangga juga perlihatkan ketegasan terhadap Uni Eropa yang sepertinya menggantung RI dalam penyusunan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
Dalam pernyataannya di Berlin, Jerman, awal Mei 2024. Airlangga saat itu menuntut Uni Eropa bisa berikan perlakuan yang sama terhadap RI. Ia minta RI tak ‘digantung’ dalam negosiasi.
“Kami tahu cara bernegosiasi, kami memahami praktik terbaik. Kami bahkan menandatangani kerangka ekonomi Indo-Pasifik. Tapi kapan saya bisa menandatangani I-EU CEPA? Saya kira hanya Tuhan yang tahu,” kata Teguh.
Teguh menyebut ketegasan Prabowo dan Airlangga ini selain membanggakan juga menuntut kerja keras semua pihak di Tanah Air. Ia menilai tujuannya agar RI benar-benar dapat menegakkan harkat dan martabatnya sehingga bisa jadi salah satu pemain kunci di tingkat regional serta global.
“Bila spirit ini dapat kita wujudkan dan pertahankan, Indonesia dengan segala potensi yang ada dapat benar-benar menjadi alternative power seperti yang selama ini kita inginkan dan perjuangkan,” ujar Teguh.