Persahabatan Unik dan Dinamis Trio Alpa Aburizal Bakrie, Luhut dan Prabowo
- VIVA.co.id/Natania Longdong
Persahabatan Aburizal Bakrie atau kerap disapa Ical dengan Luhut dan Prabowo, tidak pernah pudar meski ketiganya berbeda dalam pilihan.
Oleh: Lalu Mara Satriawangsa
Jakarta - TRIO ALPA, itulah istilah paling tepat untuk disematkan kepada tiga tokoh nasional, seperti Aburizal Bakrie, Luhut Binsar Pandjaitan, dan Prabowo Subianto.
Ketiganya diketahui telah menjalin persahabatan yang erat dan tak luruh oleh zaman, bahkan saat bangsa ini terlibat kontestasi politik yang teramat sengit.
Persahabatan Aburizal Bakrie atau kerap disapa Ical dengan Luhut dan Prabowo, tidak pernah pudar meski ketiganya berbeda dalam pilihan.
Sejak Luhut berpangkat Kapten (Inf), menurut penuturan Ical, keduanya bersahabat. Persahabatannya makin erat karena adik ipar Luhut, almarhum ekonom kondang Dr. Sjahrir, juga bersahabat baik dengan Ical. Sjahrir diketahui merupakan teman diskusi Ical terkait ekonomi dan politik.
Saat Ical berada di Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Luhut maupun Prabowo berada di luar pemerintahan. Sebaliknya, saat Luhut berada di Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di periode pertama, Ical dan Prabowo berada di luar pemerintahan.
Tentu, selisih pendapat antarketiganya kerap terjadi. Namun hebatnya, perbedaan tak pernah muncul ke permukaan. Masing-masing saling menghormati posisi, dan biasanya diselesaikan di meja makan.
Terakhir, saat Pak Luhut sayup-sayup menggagas Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar pada 2023, dengan eloknya Ical selaku Ketua Pembina merespons. Dia mengingatkan agar semua pihak mengacu pada AD/ART Partai Golkar.
Setelah itu, ide Munaslub Golkar seperti peribahasa jauh panggang dari api, alias tak ada kelanjutannya. Bila salah satu di antara mereka sakit, pasti saling jenguk, saling mendoakan dan mengingatkan agar tidak terlalu ngoyo.
Sementara, persahabatan Ical dengan Prabowo dimulai dari persahabatan antara kedua orang tua masing-masing, almarhum H. Achmad Bakrie dan Soemitro Djojohadikusumo.
Soemitro menyampaikan testimoni tentang Bakrie dalam buku yang ditulis Syafrudin Pohan dan kawan-kawan, yang berjudul 'Sebuah Potret Kerja Keras, Kejujuran, dan Keberhasilan'. Buku itu diterbitkan saat HUT ke-50 Kelompok Usaha Bakrie pada 1992.
Penulis sendiri menyaksikan persahabatan keduanya sejak Prabowo menjabat sebagai Danjen Kopassus hingga purna tugas di TNI. Yang menarik, meski bersahabat, keduanya pun tak lepas dari kontestasi. Sebut saja, saat Konvensi calon Presiden Partai Golkar dihelat pada 2004, Ical dan Prabowo terlibat persaingan sengit untuk merebut suara DPD Partai Golkar.
Saat itu, Luhut menjadi tim sukses Ical. Meski bersaing keras, tak ada gesekan atau saling lontar statement yang saling menjatuhkan di antara keduanya. Setelah keduanya kalah dari Wiranto, Prabowo mendirikan Partai Gerindra. Sementara, Ical masuk Kabinet SBY dan lanjut menjadi Ketua Umum Partai Golkar.
Formasi persahabatan ketiganya kembali berubah pada pemilu 2014. Saat itu, Ical dan Prabowo bergabung dalam Koalisi Merah Putih, yang mencalonkan Prabowo-Hatta Rajasa pada Pilpres 2014. Sementara, Luhut bergabung dan mendukung Jokowi-Jusuf Kalla.
Formasi kembali berubah pada Pilpres 2019. Luhut dan Ical bergabung ketika Partai Golkar mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Sementara, Prabowo berpasangan dengan Sandiaga Uno. Pasca Pilpres 2019, ketiganya boleh dibilang menyatu. Prabowo bergabung di kabinet sebagai Menteri Pertahanan, sedangkan Luhut sebagai Menko Maritim dan Investasi.
Adapun, Ical sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Golkar, bagian dari koalisi Pemerintahan Pak Jokowi. Dan pada Pilpres 2024, ketiganya kompak sama-sama mendukung Prabowo-Gibran. Itulah dinamika persahabat unik TRIO ALPA.