Patah Arang, Deddy Sitorus Sebut PDIP dan Jokowi Tak Mungkin Mesra Lagi

Presiden Jokowi dan Wapres Maruf Amin hadir di HUT PDIP ke-50 di Kemayoran
Sumber :
  • Youtube PDIP

Jakarta – Politikus PDIP Deddy Yevri Sitorus memastikan hubungan partainya dengan semua pihak baik, kecuali dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Deddy mengatakan itu ketika menjawab pertanyaan soal capres nomor urut 2, Prabowo Subianto yang dikabarkan menjenguk Bendum PDIP Olly Dondokambey pada awal Maret lalu.

"Hubungan kami dengan semua baik, yang tidak baik itu cuma dengan Jokowi," kata Deddy di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 20 Maret 2024.

Anggota Komisi VI Deddy Yevri Hanteru Sitorus saat Rapat Kerja di Gedung Nusantara I.

Photo :

Deddy menjelaskan, tidak mungkin partainya bisa “mesra“ lagi dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah Pemilu 2024. Deddy menyebut Jokowi telah membakar rumahnya sendiri demi kepentingan pribadi dan keluarga.

"Yang tidak mungkin kami masih bisa berhubungan baik dengan Pak Jokowi, itu saja kesimpulannya. Karena apa, karena dia memilih membakar rumahnya sendiri. Ya, untuk kepentingan dia dan keluarganya. Kalau dengan yang lain, kita enggak ada masalah,” ujarnya.

Meski begitu, ia enggan berspekulasi soal arah PDIP pada pemerintahan mendatang. Deddy menekankan partainya saat ini hanya ingin fokus pada rencana hak angket di DPR.

"Konstitusi memberikan hak bagi DPR untuk melakukan hak angket, dan semua presiden Republik Indonesia pernah mengalami hak angket," imbuhnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto angkat bicara soal isu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akan merapat ke Partai Golongan Karya (Golkar). Hasto mengungkit soal permintaan perpanjangan jabatan tiga periode yang ditolak PDIP.

Presiden Jokowi dan Megawati Sukarnoputri saat di acara HUT PDIP ke-50.

Photo :
  • YouTube PDIP

Hasto lantas menyinggung soal jati diri dan konsistensi seseorang terhadap partai politik (parpol). Hasto menyebut setiap orang bebas menentukan pilihannya, termasuk bergabung ke partai manapun. 

"Memang seseorang bebas menentukan pilihannya secara merdeka, tapi rakyat juga akan tahu mana yang kemudian membesarkan, mana yang kemudian memakai cara-cara pragmatis demi kekuasaan," ungkapnya.