Kaesang Anak Presiden Bakal Susah Menang di Pilkada DKI Jakarta

Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep Kampanye di Deli Serdang, Sumatera Utara
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham

Jakarta – Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep berpeluang maju sebagai bakal calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada serentak yang digelar pada November 2024 mendatang. Nama ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) masuk dalam bursa survei bakal calon Gubernur DKI Jakarta 2024-2029. 

Seperti kakaknya, Gibran Rakabuming Raka yang moncer di Pilpres 2024 mendampingi Prabowo Subianto, putra bungsu Presiden Jokowi itu pun diprediksi punya kans besar memenangi pilkada DKI Jakarta. 

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengatakan Kaesang Pangarep memang termasuk dalam daftar nama tokoh yang disurvei sebagai bakal cagub DKI Jakarta. 

Namun apakah Kaesang punya kans besar memenangi pilkada dengan embel-embel sebagai anak Presiden?

Menurut Burhanuddin, Pilkada DKI Jakarta memiliki karakteristik dan tingkat kesulitan tersendiri. Tingkat pendidikan warga Jakarta rata-ratanya 5 kali lipat lebih baik dibanding nasional. 

Pun dengan tingkat pendapatan warga Jakarta jauh lebih sejahtera dibanding daerah lain, sehingga pemilih di Jakarta dikenal rasional dan kritis terhadap calon yang mereka pilih. 

"Saya melihat anak Presiden sekalipun kalau bertarung di DKI Jakarta susah," kata Burhanuddin Muhtadi dalam perbincangan di tvOne, dikutip Selasa, 27 Februari 2024

Indikator Politik, kata Burhan, sempat melakukan survei terkait peluang Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal cagub DKI Jakarta -- sebelum akhirnya Gibran dicalonkan sebagai cawapres Prabowo.  

"Gibran sebelum jadi cawapres itu elektabilitas jadi Gubernur Jakarta cuma 2 persen. Beliau lebih mudah jadi cawapres ketimbang cagub DKI, termasuk Kaesang, kan kami masukan namanya dan elektabilitasnya kecil," ujarnya

Ia mengungkap kenapa Gibran yang notabene 'Anak Presiden' kurang kompetitif bila berkompetisi di DKI Jakarta. Secara popularitas, Gibran sebagai Wali Kota Solo dan putra Presiden memang tinggi tapi tidak dengan elektabilitasnya.

Menurut Burhan, untuk meningkatkan popularitas di Jakarta juga tidak sulit. Setidaknya dengan tiga alasan. Pertama, warga Jakarta lebih well inform. Kedua, letak geografinya lebih mudah dijangkau melalui canvasing. Ketiga, warga DKI itu relatif terbuka dari informasi manapun

"Lalu, Gibran kenapa (elektabilitasnya) sedikit di Jakarta? Memang popularitasnya tinggi tapi yang milih saat itu masih sedikit. Namanya sempat kita survei sebagai gubernur tapi kurang kompetitif di DKI Jakarta," kata Burhan

"Poin saya, kalau popularitas tinggi tapi elektabilitas rendah itu menurut saya lebih susah untuk dinaikkan, lain kalo popularitasnya masih rendah, Sahroni misalnya, itu sekitar 50 persen warga Jakarta yang kenal dia, tapi elektabilitas 9,3 persen itu masih ada peluang," imbuhnya.