Tanggapi ‘Surat Cinta’ dari Mahasiswa UGM, Ari Dwipayana dan Pratikno Komitmen Perkuat Demokrasi

Penyortiran dan Pelipatan Surat Suara Pilpres Pemilu 2024. (Foto ilustrasi)
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

Jakarta - Koordinator Staf Khusus Presiden Ari Dwipayana menanggapi surat cinta dari mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam suratnya, mahasiswa meminta Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Ari Dwipayana pulang ke jalan demokrasi.

“Terima kasih atas ‘surat cinta’ adik-adik mahasiswa pada saya dan Prof. Pratikno,” kata Ari saat dikonfirmasi wartawan pada Selasa, 13 Februari 2024.

Tentu, Ari menyambut baik adanya ‘surat cinta’ dari mahasiswa tersebut. Karena menurut dia, dalam masyarakat akademik bahwa kritik dan perdebatan itu merupakan hal yang perlu dijaga.

Mahasiswa Fisipol UGM Minta Pratikno dan Ari Dwipayana Pulang ke Jalan Demokrasi

Photo :
  • VIVA.co.id/Cahyo Edi (Yogyakarta)

“Dalam masyarakat akademik, kritik dan perdebatan adalah sesuatu yang menyehatkan. Karena itu, kita harus terus menjaga budaya akademik dengan pemikiran yang kritis, terbuka, menghargai keragaman/perbedaan perspektif, disertai semangat kontribusi bagi kemaslahatan bersama,” ujarnya.

Di samping itu, Ari menegaskan dirinya bersama Pratikno juga menjaga integritas serta memperkuat demokrasi dalam membangun pemerintahan yang baik untuk Indonesia yang lebih maju ke depannya.

“Saya dan Prof. Pratikno memiliki komitmen yang sama untuk menjaga integritas, memperkuat demokrasi, membangun tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif, serta mencurahkan energi dan kemampuan untuk kemajuan bangsa dan negara,” ujarnya.

Civitas academica Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (DPP Fisipol UGM) Yogyakarta menggelar aksi pada Senin, 12 Februari 2024.

Pekerja melipat surat suara pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. (Foto ilustrasi).

Photo :
  • AP Photo/Tatan Syuflana

Dalam aksinya ini, civitas academica DPP UGM memanggil dua dosennya yaitu Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, dan Koordinator Stafsus Presiden Ari Dwipayana untuk pulang kembali ke jalan demokrasi.

Perwakilan mahasiswa DPP Fisipol UGM, Faris Rubiansyah menilai saat ini pihaknya melihat ada upaya dari pemerintah menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi dan golongan. Upaya-upaya pemerintah ini, disebut Faris mencederai demokrasi.

“Kita melihat ada upaya-upaya mencederai demokrasi untuk kepentingan pribadi dan golongannya oleh kekuasaan. Yang lebih disayangkan lagi, ada dua civitas academica Departemen Politik dan Pemerintahan yang berada dalam pusaran kekuasaan itu," kata Faris. 

Faris menyebut saat ini Indonesia tengah berada dalam kemerosotan demokrasi. Menurut dia, kemerosotan demokrasi ini disebabkan oleh banyak aktor diantaranya Pratikno dan Ari Dwipayana yang saat ini berada dalam pusaran pemerintahan.

“Kemarin setelah gelombang petisi universitas-universitas, kita merasakan ada konflik antara akademisi dan rezim. Sayangnya, ada civitas academica kami juga yang berada dalam pusaran konflik itu. Ini bukan kesalahan Pak Tik (Pratikno) dan Mas Ari semata," ujar Faris.

Tentunya, Faris sangat kecewa karena kedua alumninya itu yakni Pratikno dan Ari Dwipayana mengajarkan demokrasi di kelas tapi tidak diimplementasikan.

“Kami menyadari dua guru kami telah menjadi bagian dari persoalan bangsa. Pak Tik dan Mas Ari mengajarkan demokrasi di dalam kelas, tapi yang mereka ajarkan tak sejalan dengan praktiknya," imbuh Faris.

Faris menerangkan civitas academica DPP Fisipol UGM meminta maaf yang sebesar-besarnya atas terlibatnya civitas academica mereka atas apa yang terjadi dengan demokrasi di Indonesia akhir-akhir ini. Untuk itu, Faris menyerukan kepada Pratikno dan Ari Dwipayana untuk kembali 'pulang' ke UGM dan menjadi akademisi serta penjaga pilar demokrasi.

“Hari ini kami berseru, Pak Tik dan Mas Ari kembalilah pulang. Kembalilah membersamai yang tertinggal, yang tertindas, yang tersingkirkan. Pak Tik dan Mas Ari, kembalilah ke demokrasi. Kembalilah mengajar kami dengan kata dan perbuatan," kata Faris.