Pilpres Satu Putaran Agak Sulit karena Tak Hanya Harus Menang 50 Persen Plus 1, Menurut LKSP
- VIVA.co.id/Galih Purnama (Depok)
Depok - Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin) unggul tipis dibanding pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dan Pemilu Presiden diprediksi akan berjalan dua putaran, menurut hasil survei Lembaga Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP).
Dalam pemaparan dijelaskan, pasangan Amin memperoleh 32,41 persen, Prabowo-Gibran 32,02 persen dan Ganjar-Mahfud 19,52 persen. Sementara itu ada 16,05 persen yang belum menentukan pilihan.
Peneliti LKSP Subhan Akbar mengatakan, dari hasil survei diketahui bahwa masyarakat menginginkan pilpres dua putaran. Hal itu tentu berbeda dengan gencarnya isu yang beredar bahwa Pilpres hanya berlangsung satu putaran.
“Kami mencoba melakukan validasi ke masyarakat, apakah kondisinya sesuai dengan apa yang diklaim salah satu paslon, itulah kenapa kita melakukan survei secara nasional,” katanya usai Diskusi Publik LKSP-GeRAK Indonesia-RETas bertajuk 'Menanti Kejutan Pemilu 2024' dan paparan hasil survei nasional di Depok, Jawa Barat, Rabu, 7 Februari 2024.
Dari hasil survei, data yang didapat LKSP dari aspirasi masyarakat berdasarkan angka-angka agak sulit untuk membenarkan pilpres akan berlangsung satu putaran. Itu bukan hanya soal penghematan anggaran namun fakta yang didapat di lapangan memang masyarakat menginginkan dua putaran. Secara aturan agak sulit, karena menyelenggarakan pilpres satu putaran itu tidak cukup hanya 50 persen + 1, tapi harus menang di 20 persen di beberapa kota atau dapil.
“Ini bukan ngomongin soal hemat anggaran atau tidak hemat anggaran, karena realitasnya seperti itu. Itu kan juga agak sulit, berdasarkan apa yang kita lihat ternyata ada paslon yang menang di daerah tertentu, tapi kalah di daerah lain, demikian juga sebaliknya, itu yang kita potret seobjektif mungkin,” ujarnya.
Berdasarkan hasil survei LKSP bahwa selisih antarpaslon sangat tipis, sebagaimana dikonfirmasi di lapangan bahwa aktivitas kampanye di media dan di lapangan ternyata berkaitan.
“Bahwa ada yang populer melalui aktivitas media atau kampanye media itu memang membentuk presepsi orang untuk memilih salah satu paslon,” katanya.
Faktanya, ada juga paslon lain yang secara lapangan mendapatkan dukungan yang masif, tidak kalah dengan paslon yang menggunakan strategi kampanye lewat media atau pengaruh-pengaruh kekuasaan. Jika terjadi dua putaran, siapa saja yang akan head to head nantinya, Subhan mengatakan hal tersebut berada di ranah elite. LKSP hanya memotret aspirasi publik.
“Bahwa masyarakat itu dari tiga alternatif paslon yang ada lebih cenderung ke mana, di sana kita bisa lihat ternyata rata jumlahnya, tidak seperti yang dikampanyekan selama ini angkanya bisa mencapai 57 persen,” ujarnya.
LKSP baru akan melakukan survei kembali jika sudah terlihat kubu mana yang saling bersepakat. Karena, menurutnya, koalisi antara kubu merupakan ranah elite serta berbicara dengan kesamaan ideologi, pembagian kekuasaan dan sebagainya.