AS Hikam: Ganjar Makin Bebas Beradu Gagasan di Debat Pamungkas Setelah Mahfud Mundur
- VIVA/M Ali Wafa
Jakarta - Dewan Pakar Politik Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Muhammad AS Hikam, menyatakan debat capres terakhir yang akan berlangsung malam ini, merupakan debat yang paling menentukan. Setidaknya untuk masyarakat yang undecided dan swing voters.
"Ini sangat menentukan. Para capres harus bisa full blown. Kalau menggunakan hitungan Kompas, 20% undecided dan swing voters itu banyak. Jadi, masih bisa mendapatkan 10%-15% suara. Kalau teorinya debat hanya mempengaruhi swing voters, tapi kan ini namanya politik, bukan bisnis," ujar Hikam dalam keterangannya, Minggu, 4 Februari 2024
Menurut Hikam, dalam politik tidak selalu semudah itu dan masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan pemilih, antara lain, gagasan, identitas politik, isu-isu terkini, serta pesan kampanye.
Usai pengunduran Mahfud MD sebagai Menko Polhukam, Hikam meyakini calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo akan semakin bebas beradu gagasan.
“Saya tidak akan kaget dalam debat capres terakhir nanti, Pak Ganjar bisa lebih bebas mengutarakan pandangannya karena Pak Mahfud telah melepaskan jabatan strategisnya," ucapnya.
Pada debat kelima Pilpres 2024 sekaligus debat pamungkas yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU), para capres akan beradu gagasan dengan tema kesejahteraan sosial, pembangunan SDM, dan inklusi. Adapun subtema yaitu meliputi pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, kesejahteraan sosial, dan inklusi.
Hikam mengungkapkan, kebijakan pro rakyat menjadi ide dasar program sat set Ganjar-Mahfud. Salah satunya KTP Sakti dengan target penduduk ekonomi menengah ke bawah. Keberadaan KTP Sakti dimaksudkan agar masyarakat penerima bantuan pemerintah terdata dengan baik dan mudah mengakses berbagai bantuan pemerintah. Dengan demikian, bantuan sosial dan subsidi negara tepat sasaran.
Terkait kesejahteraan ekonomi sosial, mantan peneliti Litbang Ekonomi dan Pembangunan LIPI itu berpendapat, kebijakan harus menyasar masyarakat yang paling termajinalisasikan. Buruh dan anak sekolah harus ditingkatkan sumber daya manusianya (SDM) melalui pendidikan dan asupan gizi sehingga kualitas dan kecerdasan semakin tinggi.
“IQ warga negara Indonesia cenderung rendah di Asia. Soal kesejahteraan, apa pun yang dilakukan pemerintah yang baru, harus menyentuh mereka yang termarjinalisasikan. Untuk apa infrastruktur? Kalau tidak menyentuh masyarakat yang termarjinalisasikan,” paparnya.
“Stunting di Indonesia diawali dengan "stunting cara berpikir pada kalangan elitnya" yang nggak bisa memperbaiki tantangan global jadi mereka hanya menjadi echo chamber. Akhirnya hanya segelintir orang dari elit kita yang bisa melaksanakan. Secara agregat tetap tidak bisa bersaing,” ungkap Hikam.