Mahfud Bilang Pertanyaan Gibran Recehan, Nusron: Kalau Tak Bisa Jawab Bilang Enggak Paham

Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran, Nusron Wahid.
Sumber :
  • VIVA/Andrew Tito.

Jakarta - Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, Nusron Wahid membela Gibran terkait pertanyaanya dalam debat dibilang recehan oleh cawapres nomor urut 3, Mahfud MD. 

Menurut Politikus Golkar itu, seharusnya Mahfud secara jentelmen mengakui jika tak paham ihwal pertanyaan yang dilontarkan Gibran dalam debat tersebut. 

"Tapi memang Pak Mahfud kebetulan tidak mempersiapkan itu ya enggak bisa menjawab. Tapi kemudian kalau enggak bisa menjawab, yaudah bilang enggak paham, enggak usah kemudian mencari-cari alasan bahwa saya tidak mau diskusi yang ecek-ecek," kata Nusron di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Minggu malam, 21 Januari 2024.

Gibran Rakabuming Raka Debat Keempat Calon Wakil Presiden Pemilu 2024

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

"Padahal itu Indonesia mempunyai sumber nikel terbesar di dunia justru, ini diangkat kampanye nikel, supaya apa? Supaya dunia tergantung dengan Indonesia, dan kemudian indonesia itu jadi pemenang di dalam energi masa depan, terutama yang tidak lagi berbasis fosil, tapi berbasis batrei, yaitu dgn menggunakan nikel," kata Nusron menambahkan. 

Sebelumnya, Mahfud enggan merespons tanggapan cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, atas jawabannya untuk pertanyaan greenflation atau inflasi hijau.

Awalnya Gibran bertanya kepada Mahfud soal bagaimana cara mengatasi inflasi hijau. 

"Bagaimana cara mengatasi greenflation? Terima kasih," tanya Gibran singkat dalam debat cawapres, Minggu malam. 

Moderator kemudian mengatakan masih ada waktu bagi Gibran dan memintanya untuk menjelaskan terminologi yang dia gunakan.

"Tadi tidak saya jelaskan karena kan beliau (Mahfud) profesor. Greenflation adalah inflasi hijau, sesimpel itu," kata Gibran.

Menanggapi pertanyaan itu, Mahfud menjawab tentang ekonomi hijau dan pemanfaatan produk pangan.

"Untuk mengatasi inflasi hijau, apa sih inflasi hijau? Itu kan ekonomi hijau. Itu adalah ekonomi sirkular di mana sebuah proses pemanfaatan produk ekonomi. Misalnya pangan atau produksi apa pun, diproduksi kemudian dimanfaatkan di-recycle bukan dibuat jadi bukan barang itu lalu dibiarkan mengganggu ekologi," ujarnya.

"Kalau untuk mengatasi inflasi itu tentu yang paling gampang kebijakan-kebijakan. Diatur saja jatahnya di sini kan harus ada data, kecenderungannya di sini. Kebijakannya harus begini. Itulah yang kita pahami tentang ekonomi hijau, ya inflasi hijau dan sebagainya dan sebagainya," kata Mahfud.

Mahfud MD Debat Keempat Calon Wakil Presiden Pemilu 2024

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Mantan Ketua MK itu menambahkan, banyak hal yang harus dilakukan karena ukuran kemajuan ekonomi Indonesia selalu diukur dari lima hal.

"Misalnya pertumbuhan, kemiskinan, ketimpangan dan dua lainnya tetapi ada satu yang harus ditambahkan yaitu emisi," kata Mahfud. 

Merespons jawaban Mahfud, Gibran justru menyatakan Menkopolhukam tersebut tidak menjawab pertanyaan yang dia lemparkan.

"Saya lagi nyari jawabannya Prof Mahfud. Saya nyari-nyari di mana ini jawabannya kok nggak ketemu jawabannya. Saya tanya masalah inflasi hijau kok malah menjelaskan ekonomi hijau," kata Gibran.

Dia mengatakan pertanyaanya tak dijawab dan menyebut Mahfud malah membahas ekonomi sirkular.

"Prof Mahfud yang namanya inflasi hijau itu, kita kasih contohnya simpel aja demo rompi kuning di Prancis bahaya sekali memakan korban. Ini harus kita antisipasi jangan sampai terjadi di Indonesia. Kita belajar dari negara maju. Negara maju aja masih ada tantangan-tantangan. Intinya transisi menuju energi hijau itu harus berhati-hati jangan sampai malah membebankan," ujarnya.

"Jangan sampai membebankan proses transisi yang mahal ini kepada masyarakat kepada rakyat kecil itu. Maksud saya, inflasi hijau, Prof Mahfud," imbuhnya.

Ketika dia diminta menanggapi pernyataan Gibran tersebut, Mahfud justru enggan menanggapinya. Sebab menurutnya, pernyataan Wali Kota Solo tersebut ngawur dan tak penting. 

"Saya juga ingin mencari tahu jawabannya ngawur juga ngarang-ngarang enggak karuan. Mengaitkan dengan sesuatu yang tidak ada gitu," tegas Mahfud.

"Kalau akademis itu gampangnya kalau bertanya yang kayak gitu-gitu itu recehan. Sebab itu tidak layak dijawab pertanyaan kayak gini. Tidak ada jawabannya, tidak ada gunanya menjawab," tambahnya.