Sekjen Gerindra Balas Kritik Cak Imin soal Proyek Food Estate Gagal
- VIVA/Andrew Tito
Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani merespons kritik Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin tentang proyek lumbung pangan (food estate) yang dia nilai proyek gagal.
Saat ditemui wartawan di Jakarta, Kamis, 28 September 2023, Muzani mengaku belum mendengarkan secara lengkap kritik Cak Imin mengenai proyek food estate. Namun, mengaku heran karena, "dulu enggak diucapkan [soal food estate], kok sekarang diucapkan."
Cak Imin, yang juga bakal calon wakil presiden Koalisi Perubahan untuk Persatuan, menyebut program food estate yang dibuat pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) gagal.
Ia menyampaikan itu saat ditanya soal usaha pemerintah yang belum maksimal dalam menurunkan harga pangan yang mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Salah satunya beras. "Food estate terbukti gagal," katanya di Jakarta, Rabu, 27 September.
Wakil Ketua DPR RI ini meminta pemerintah mengevaluasi program tersebut serta membuat program ketahanan pangan yang baru dengan melibatkan masyarakat, khususnya petani.
"Maka jalan cepat, yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi tanah-tanah pertanian punya rakyat, diorganisir dengan manajemen bisnis raksasa pangan nasional," katanya.
Program food estate digagas oleh Presiden Joko Widodo sejak awal kepemimpinannya pada periode kedua. Kementerian Pertanian, yang dipimpin politikus Partai Nasdem Syahrul Yasin Limpo, memimpin program tersebut. Namun, Jokowi juga menugasi Kementerian Pertahanan, Prabowo Subianto sebagai menterinya, untuk membantu program tersebut.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 108 Tahun 2022 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2023, program food estate menjadi proyek prioritas strategis. Sejumlah provinsi, di antaranya Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Papua Selatan, dijadikan sentra produksi pangan dalam proyek ini.
Dalam pelaksanaannya, masing-masing wilayah lumbung pangan mengembangkan komoditas yang berbeda-beda. Namun, dalam kenyataannya, program tersebut dinilai gagal.