Ketua Bawaslu: Ujaran Kebencian Akan Meningkat di Media Sosial dan Ngeri Sekali

Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja
Sumber :
  • VIVA/Rosikin

Jakarta - Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) mengatakan eskalasi hate speech atau ujaran kebencian terutama di media sosial akan terus meningkat menjelang Pemilu Presiden (Pilpres) 2024, apalagi jika masing-masing bakal calon presiden telah mengumumkan kandidat wakilnya.

"Apakah eskalasinya (hate speech) meningkat? Ya, pasti meningkat--mau tidak mau. Kenapa? Karena sekarang belum ada cawapres saja meningkat, apalagi sudah ada cawapres," kata Ketua Bawaslu Rahmat Bagja kepada wartawan, seperti dikutip, Jumat, 23 Juni 2023.

Ujaran kebencian ini tidak selalu dalam bentuk tulisan. Sebab, Bagja menyebut Bawaslu menemukan bentuk baru ujaran kebencian melalui video. 

Ilustrasi logo parpol peserta Pemilu 2024.

Photo :
  • Dok. VIVA

"Saya baca di Twitter reply-nya itu ngeri sekali, sudah mulai naik. Di Facebook juga demikian. Nah, ini kita menemukan bentuk baru [ujaran kebencian], bentuk baru berpotensi pelanggaran berupa video," katanya.

Bawaslu, katanya, sudah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk melakukan pengawasan terhadap ujaran kebencian hingga rasisme jelang Pilpres 2024 yang tersebar di media sosial. 

"Sekarang itu jadi catatan kami ke Kominfo, bahwa hati-hati, eskalasinya akan pecah di kampanye, kalau, misalnya, kita biarkan, tidak kita takedown, tidak peringatkan orang-orang yang melakukan hate speech dan juga rasisme yang bertebaran," katanya.

Menurutnya, Pilpres 2024 termasuk Pemilu harus berjalan dengan aman dan damai. Ia tidak melarang akan adanya adu gagasan melalui media sosial di dalam proses kampanye.

Direktorat Tindak Pidana Siber Polri merilis 18 tersangka ujaran kebencian atau hate speech.

Photo :
  • VIVA/Bayu Januar

Namun, dia mengingatkan, setiap pengguna media sosial harus menghargai kebebasan berpendapat orang lain sehingga tidak dengan mudahnya mengumbar ujaran kebencian.

"Bahwa pemilu kita ini, pemilu yang harusnya adu gagasan: boleh adu kreativiitas, main socmed; Tiktok boleh, tapi yang penting kita menghargai kebebasan berpendapat orang lain juga. Itu yang harus kita lakukan saat ini," katanya.