Di China, Dave Laksono Bicara Pentingnya Digitalisasi Ekonomi ASEAN
- Istimewa
VIVA Politik – Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Partai Golkar yang juga anggota Komisi I DPR RI, Dave Akbarshah Fikarno Laksono, menjadi pembicara dalam 2023 Belt and Road Forum for Interconnected Land-Sea Development di Chongqing - Liangjiang, China, Rabu 17 Mei 2023.
Dave Laksono menyebut, forum tersebut sangat berharga serta bermanfaat. Terutama untuk diplomasi dan kerjasama Indonesia dan China.
"Program pengembangan ketersambungan darat dan laut atau yang lebih dikenal dengan Jalur Sutera Baru adalah bentuk nyata dari China dalam merajut kerjasama yang lebih komperhensif antar negara-negara internasional," kata Dave di depan peserta forum, dalam keterangan persnya.
Dia mengatakan, negara-negara ASEAN punya posisi penting di jalur sutra maritim. Apalagi Indonesia, yang disiapkan menjadi tempat pertama untuk mengoperasikan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21
"Keadaan ini juga bertepatan dengan kebijakan Presiden Joko Widodo untuk menjadikan Indonesia Poros Maritim Dunia. Visi Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia bersinergi dengan ide One Belt One Road (OBOR) yang diprakarsai China," ujarnya.
Hal ini juga menurut Dave, sejalan visi konektivitas ASEAN 2025. Dimana meliputi keterhubungan darat juga laut dengan Vietnam, Laos, Thailand, Kamboja, Myanmar, Malaysia, Singapura dan Indonesia.
Maka dari itu, menurutnya Indonesia sebagai pemimpin di Asia Tenggara siap untuk lebih menguatkan koordinasi intra-ASEAN. Terutama dalam rangka percepatan pemerataan pertumbuhan ekonomi. Sehingga dapat menyelaraskan keterhubungan ASEAN dengan Jalur Sutera Baru.
Dave yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Kolektif(PPK) Kosgoro 1957, menilai salah satu kuncinya juga adalah adaptasi digitalisasi. Dia melihat, ASEAN telah memiliki potensi transformasi digital dalam membuka jalan baru pertumbuhan ekonomi, meningkatkan efisiensi, dan mendorong inovasi.
Bahkan dengan digitalisasi, berbagai sektor telah melakukan revolusi baik keuangan, manufaktor, e-commerce hingga pertanian melalui teknologi digital.
“Dengan merangkul digitalisasi, ASEAN telah menghubungkan bisnis, memberdayakan pengusaha, dan memperluas akses pasar, menghasilkan ekspansi ekonomi dan penciptaan lapangan kerja yang belum pernah terjadi sebelumnya,” jelasnya.
Digitalisasi menurutnya telah mampu melampaui pertumbuhan ekonomi. Maka penting bagi warga ASEAN memainkan peran itu.
Platform digital telah meningkatkan akses ke layanan penting seperti perawatan kesehatan dan pendidikan, terutama di daerah terpencil.
“Munculnya pembayaran digital telah mendorong inklusi keuangan, memberdayakan populasi yang tidak memiliki rekening bank. Selanjutnya revolusi digital telah membawa orang lebih dekat, mendorong pertukaran budaya dan kolaborasi lintas batas dalam wilayah kami yang beragam,” paparnya.
ASEAN, lanjut Dave, juga dihadapkan tantangan yang cukup sulit. Yakni perbedaan pendapat internal, akibat ketidakselarasan kebijakan pembangunan antar anggota. Juga mengenai ketimpangan ekonomi.
“Seperti Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam memerlukan bantuan perbaikan prasarana agar menarik investor asing, sehingga dapat mengejar ketinggalan dari anggota ASEAN lainnya,” harapnya.
Maka dia menegaskan, Indonesia selalu siap meningkatkan koordinasi intra-ASEAN secara berkesinambungan. Tujuannya, percepatan pertumbuhan ekonomi yang merata antara sesama negara anggota. Sehingga menyelaraskan keterhubungan ASEAN dengan jalur sutera baru.