KIB dan KIR Bersatu, Akan Jadi Lawan Tangguh Buat PDIP

Ketum Golkar Airlangga Hartarto dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA Politik – Pertemuan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Jumat kemarin, menyisihkan beragam analisis. Terutama bersatunya kedua koalisi itu.

Seperti diketahui, Partai Golkar ada di dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digagas bersama PAN dan PPP. Sedangkan PKB, bersama Partai Gerindra membangun koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR).

Gambaran pertemuan yang cukup mesra antara Airlangga dan Muhaimin kemarin, dinilai cukup memberi angin sejuk untuk bergabungnya KIB dan KIR. Apalagi, Airlangga memberikan cendera mata berupa sarung warna kuning dan hijau kepada Muhaimin. 

Memang belum ada penegasan soal koalisi. Tetapi berbagai kode yang bisa dispekulasikan ke sana, terlihat. 

Peneliti politik BRIN, Wasisto Rahardjo Jati, mengatakan dua poros koalisi ini sangat besar dan tidak boleh dipandang sebelah mata. Apalagi sampai memutuskan untuk bersatu di Pemilu 2024.

“Jika KIB dan KIR bergabung tentu akan menjadi koalisi super,” ujar Wasisto, dikutip Sabtu 11 Februari 2023.

Maka bila memang ada keputusan untuk menyatukan KIB dan KIR, akan menjadi lawan yang tangguh bagi PDIP. Jika memang PDIP memutuskan untuk melaju sendiri, mengingat hanya partai ini yang bisa mengajukan capres dan cawapres tanpa harus koalisi karena ambang batas telah dipenuhi.

“KIB dan KIR berpotensi menjadi rival tangguh bagi PDIP di pemilu mendatang,” tegas Wasis.

Peluang KIB dan KIR menyatu, diakuinya cukup besar. Tetapi yang perlu dilihat juga adalah siapa sosok yang akan diusung sebagai capres maupun cawapres. Harus yang punya elektabilitas bagus sehingga membangun soliditas partai-partai di dalam koalisi itu.

“Peluang (bergabung) tersebut sebenarnya besar. Jika didukung pula calon dengan popularitas yang besar,” kata Wasis.

Dia mengaku sebenarnya banyak nama capres dan cawapres yang bisa diusung dari KIB dan KIR. Ada Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, Zulkifili Hasan. Nama lain seperti Sandiaga Uno pun masih bisa masuk dalam pertimbangan.

“Saya pikir ada banyak nama besar di koalisi tersebut, yang sepertinya tidak tersentral ke satu tokoh tertentu,” ujar dia.

Hal senada dikatakan pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH), Emrus Sihombing menilai. Menurutnya, kondisi partai politik saat ini cukup cair sehingga kemungkinan itu bergabung juga bisa terjadi. 

"Peluang kedua koalisi ini bergabung terbuka lebar," kata Emrus.

Mengenai capres dan cawapres, dia lebih spesifik menyebut sosok seperti Airlangga Hartarto dan Prabowo Subianto, perlu dipertimbangkan untuk disandingkan.

"Siapa capres dan cawapresnya tinggal nanti kesepakatan politiknya," kata Emrus.

Sebelumnya, dalam pertemuan Airlangga dengan Muhaimin dan jajaran kedua partai itu, tidak menampik peluang bersatu itu bisa terjadi.
 
"Oh sangat bagus (dua koalisi bergabung) semakin banyak barisan koalisi semakin efektif proses pemilu, proses pemilu semakin baik," kata Cak Imin, sapaan akrab Muhaimin Iskandar. Pertemuan digelar di Istora Senayan GBK Jumat kemarin.

Menurut dia, yang terpenting saat ini menyatukan visi dalam menatap Pemilu 2024. Pendekatan dengan sesama parpol diperlukan untuk mematangkan strategi.
 
"Jadi kita berharap, partai-partai mari kita samakan visi, tujuan dan target. Sehingga, kita betul-betul siap tidak mendadak dalam mengambil langkah-langkah strategis," katanya.

Sedangkan Airlangga juga menegaskan, pihaknya terbuka untuk bekerja sama dengan siapa saja termasuk PKB. KIB diyakininya akan terbuka dan memberi lampu hijau.
 
"Kalau Partai Golkar kami sudah berbicara dengan ketua umum yang tergabung di KIB, seluruhnya menyambut positif. Jadi tangan terbuka, pertemuan terbuka, kantor terbuka. Ini menunjukkan kalau kita ini berpolitik secara terbuka," kata Airlangga.