Sistem di Tiongkok Disebut Mirip Trisakti Bung Karno, jadi Negaranya Maju
- Istimewa
VIVA Politik – Sistem politik yang diterapkan di Tiongkok dan membuat negara itu maju, disebutkan mirip dengan Tri Sakti Bung Karno.
Penulis Buku 'Ada Apa dengan China', Novi Basuki dalam acara Perayaan Cap Go Meh, yang digelar oleh Taruna Merah Putih (TMP), menjelaskan ada kemiripan pemikiran Bung Karno soal Tri Sakti itu dengan sistem yang digunakan Tiongkok sehingga negara itu bisa maju.
"Apa penyebab Tiongkok itu maju? Sistem politiknya. Saya lihat sistem politik yang diterapkan Tiongkok ini mirip dengan apa yang dicanangkan Bung Karno, berupa konsep Trisakti, berdaulat dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan," ujar Novi, dikutip Senin 6 Februari 2023.
Novi yang menghabiskan studi S1 hingga S3 di Tiongkok itu mengatakan, negara tersebut memang tidak menerapkan Demokrasi sepenuhnya. Tetapi sisi-sisi baik dari sistem itu juga digunakan. Sementara yang tidak sesuai, tidak diambil.
"Dia memang menyerap unsur-unsur yang baik dalam demokrasi berupa kompetisi dalam partainya tapi kepentingan-kepentingan yang berbeda tidak perlu membuat partai politik yang baru untuk berlaga di pemilu, cukup satu partai yang di dalamnya berbagai kepentingan dimusyawarahkan. Kita punya Pancasila yang di dalamnya merupakan musyawarah dan mufakat," jelasnya.
Berdikari di bidang ekonomi seperti dalam Trisakti, menurutnya juga digunakan oleh Tiongkok. Dia tidak sepenuhnya meniru sistem kapitalisme yang digunakan negara-genara.
"Dia (Tiongkok) memang mencontoh dan menyerap unsur positif dari kapitalisme, tapi dia tidak mau meniru seutuhnya kapitalisme," jelasnya.
Mengenai kepribadian dalam kebudayaan, disebutkan juga bahwa Tiongkok memang tidak menutup diri dengan buaya luar. Tetapi tetap disaring dengan budaya lokal, apakah itu sesuai atau tidak.
"Dan konsep seperti ini yang mirip dengan konsep Trisaktinya Bung Karno, yang menjadikan Tiongkok maju seperi sekarang. Pertanyaannya, apakah kita mau menghidupkan kembali Trisakti atau tidak? Tugas kita bersama," tuturnya.
Sekretaris DPC Taruna Merah Putih Jakarta Utara, Niko Atmaja, yang juga ketua panitia Perayaan Cap Go Meh, pihaknya mengusung tema 'Persatuan Indonesia untuk Indonesia Raya dengan Jiwa Gotong Royong Penuh Harapan'.
"Mudah-mudahan harapan kami dari PDI Perjungan juga dari Taruna Merah Putih, bapak ibu bisa bergotong-royong bersama kami membangun Indonesia lebih baik," ujarnya.
Dia juga mengutip apa kalimat yang pernah disampaikan oleh Bung Karno, bahwa "Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab, kalau jadi Kristen jangan jadi orang Yahudi. Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini".
"Itu mengingatkan saya juga, bahwa kita menjadi etnis Tionghoa tidak perlu menjadi orang Tiongkok, tapi tetap menjadi etnis Tionghoa Indonesia, untuk gotong royong bersama memajukan negara ini," kata Niko.
Ketua DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta, Ady Widjaja, yang ikut hadir mengatakan, hingga saat ini masih banyak masyarakat belum memahami terkait Imlek. Apalagi dikait-kaitkan dengan agama.
"Imlek ini pada zaman dulu, rakyat Tiongkok merayakan hari pertama musim semi. Nah, hari pertama, tahun ini jatuh pada 22 Januari mualai musim semi. Di sana (Tiongkok) itu udah enggak ada musim dingin lagi. Es mulai lumer, pohon mulai tumbuh, maka dirayakanlah," ujarnya.
"Mungkin banyak dari saudara-saudara kita, bahkan yang Tionghoa juga tidak mengerti, karena mohon maaf, kita sudah mengalami diskriminasi yang panjang, sehingga banyak saudara kita tidak mengerti. Semua sejarah dihapus, diputarbalikkan," lanjutnya menjelaskan.