Anies Singgung Pelemahan Demokrasi: Kuasai Wasitnya, Singkirkan Pemain Lawan

Anies Baswedan saat safari politik di Medan, Sumatera Utara.
Sumber :
  • Twitter @aniesbaswedan

VIVA Politik - Bakal capres dari Nasdem Anies Baswedan menulis ulasan film The Edge of Democrazy (2019) melalui cuitan utasan di akun media sosialnya. Anies menyinggung film itu soal erosi dan pelemahan demokrasi.

Eks Gubernur DKI Jakarta itu mengaku menonton film dokumenter tersebut bersama putranya Mikail Azizi. Dia mengatakan film itu dibuat Petra Costa, sineas perempuan milenial dari Brasil.

Menurut dia, film itu bercerita tentang erosi demokrasi dan perjalanan politik Lula da Silva sebagai Presiden Brasil. Di film tersebut juga menceritakan upaya penyingkiran Lula da Silva melalui pengadilan yang kontroversial atas tuduhan korupsi.

"Walau pada 2021 Mahkamah Agung membatalkan hukumannya. Kejatuhan Lula dan erosi demokrasi di Brazil membuka jalan bagi Jair Bolsonaro," tulis Anies di akun Twitternya, @aniesbaswedan dikutip VIVA, Selasa, 3 Januari 2022.

Safari politik Anies Baswedan bersama Partai Nasdem.

Photo :
  • Partai Nasdem

Pun, Anies mengatakan dengan menonton dokumenter tersebut juga mengingatkan pada buku How Democracies Die. Ia bilang ada tiga tahap untuk melemahkan demokrasi secara perlahan dan tak disadari.

"Pertama, “kuasai wasitnya”. Ganti para pemegang kekuasaan di lembaga negara netral dengan pendukung status quo," lanjut cuitan Anies.

Anies menambahkan tahap kedua yakni menyingkirkan pemain lawan. Cara itu dengan upaya kriminalisasi, suap, atau skandal. Lalu, ketiga mengganti aturan mainnya.

"Ketiga, “ganti aturan mainnya”. Ubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan," ujar Anies.

Menurutnya, pelemahan demokrasi secara perlahan seperti itu bisa sebabkan shifting baseline syndrome. Kondisi itu perubahan secara bertahap dan perlahan hingga publik menjadi terbiasa dengan kondisi barunya yang sebenarnya buruk.

"Kondisi yang penuh oleh praktik yang dulunya dipandang tidak normal dan tidak boleh dinormalkan dalam demokrasi, tapi karena perburukannya berlangsung perlahan maka tanpa disadari dianggap kewajaran baru," kata Anies.

Anies melanjutkan dari dokumenter film tersebut, dunia bisa belajar bahwa demokrasi tidak boleh 'taken for granted'. Namun, demokrasi mesti terus dirawat.

"Penyimpangan walau hanya kecil namun kontinyu terhadap etika dan praktik demokrasi akan menjadi lebar bila dibiarkan," jelas Anies.

Kemudian, ia menyampaikan ada pesan penting yakni dari film tersebut bila terlambat maka akan menjadi terlalu berat untuk dikembalikan pada relnya.

"Kemarin, Lula da Silva dilantik menjadi presiden setelah mengalahkan Jair Bolsonaro dalam pemilu tahun lalu. Ia berjanji hadirkan kembali program sosial dan hentikan deforestasi. Komitmen yang tentu harus dibuktikan dan harus dikawal oleh rakyatnya," tulis Anies lagi.