Di Unram Hasto Sebut Indonesia Harus jadi Juru Damai Bangsa Berkonflik
- PDI Perjuangan
VIVA Politik – Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, akhirnya memberi kuliah umum di Universitas Mataram atau Unram. Dokrot bidang pertahanan tersebut menilai, perlu bagi mahasiswa untuk menjadi juru damai dunia. Terlebih dalam situasi global saat ini.
Saatnya bagi mahasiswa sekarang, kata dia, agar mahasiswa bisa melihat ke luar. Membangun imajinasi yang lebih luas seperti yang dilakukan Bung Karno dan Bung Hatta, para pendiri bangsa ini.
"Indonesia harus menjadi juru damai bangsa-bangsa. Ada konflik di Timur Tengah, Indonesia harus jadi juru damai. Ketegangan di Laut China Selatan, Indonesia harus terdepan," kata Hasto, dalam Kuliah Umum dengan tema Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negara di Universitas Mataram (Unram), NTB, Kamis 16 September 2022.
Turut mengahdiri Gubernur NTB Zulkieflimansyah, Rektor Unram Prof Bambang Hari Kusumo, anggota DPR RI sekaligus Ketua DPD PDIP NTB Rachmat Hidayat, dan Sekretaris Umum DPP Bamusi sekaligus anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru atau Gus Falah.
Hasto meminta para mahasiswa belajar banyak dari para pendiri bangsa ini. Seperti di era Presiden Soekarno, dengan keterbatasan ekonomi negara, tetapi masih bisa memberi bantuan kepada negara lain yang masih terjajah dan belum merdeka. Seperti membantu Pakistan agar merdeka dari Inggris.
"Ini pertanyaan kunci untuk belajar sejarah, untuk menemukan api spirit di dalam sejarah tersebut demi mempelajari masa depan," kata Hasto.
Dari sejarah itu, menurutnya sudah semestinya Indonesia menjadi negara yang mampu menjembatani pertemuan level dunia. Dalam rangka menciptakan perdamaian.
"Itu harusnya tugas kita. Karena itulah, padahal Bung Karno, Bung Hatta, dan pendiri bangsa lainnya pada masa lalu bisa membuat Indonesia menjadi negara pemimpin dunia," jelasnya.
Preseden itu pernah dilakukan Indonesia ketika menjembatani 2 kekuatan besar. Yaitu ketika Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur. Indonesia memprakarsai Gerakan Non-Blok hingga menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika (KAA).
"Kita mampu menggelar Konferensi Asia Afrika, di mana mahasiswa-mahasiswanya terlihat aktif dalam konferensi itu. Dalam konferensi itu, sukarelawan ialah mahasiswa dan mahasiswi. Mereka menjadi sukarelawan itu menggelorakan spirit bahwa Indonesia yang baru merdeka bisa menjadi jembatan kemerdekaan antarbangsa dan meredam berbagai konflik itu," jelas Hasto.
Mengingat kuliah umum tersebut membahas pertahanan negara dalam cara pandang geopolitik, maka hadir juga Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Sonny Aprianto.
Kata Hasto, pertahanan nrgara berkaitan dengan survival sebagai bangsa, dan juga bagaimana membangun kekuatan pertahanan yang disegani di dunia internasional. Maka menurutnya, ke depan Indonesia harus menjadi yang terkuat di kawasan Samudera Hindia, seperti yang pernah digagas oleh Bung Karno.
“Disinilah perguruan tinggi memiliki peran penting dalam penguasaan iptek untuk pertahanan negara dalam pengertian luas. Hakekat pertahanan menyentuh seluruh aspek kehidupan bangsa”, katanya.
Sementara itu, Rektor Unram menyampaikan terima kasihnya. Karena Hasto berkenan memberikan kuliah umum. Dia menilai orasi yang dibawakan Hasto seakan-akan membawa seluruh audiens betapa besarnya jejak Indonesia bagi dunia.
"Kita seperti dibawa ke tahun 40, 50, 60-an di mana seluruh rakyat Indonesia punya jiwa yang berkobar-kobar demi bangsa ini." kata Bambang.
Gubernur NTB Zulkieflimansyah, mengenang saat pernah bersama-sama Hasto di parlemen. Dia bahkan menyebut Hasto sebagai sahabatnya.
"Dulu sama-sama beliau di Komisi VI DPR. Beliau saya kenal sebagai anggota PDI Perjuangan paling kritis. Jarang-jarang ada politisi latar belakang kimia UGM," kata Zulkifliemansyah.