Salim Segaf: Kurban Beri Multiplier Efek dan Bawa Pesan Bagi Pemimpin

Ketua Majelis Syura PKS Habib Salim Segaf Al Jufri dan Jazuli Juwani.
Sumber :
  • Twitter Fraksi PKS @FPKSDPRRI

VIVA Politik - Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Salim Segaf Aljufri meresmikan program PKS tebar 1,5 juta paket kurban, Senin, 11 Juli 2022. Selain pemotongan hewan kurban, kegiatan ini juga diisi telewicara dengan DPW PKS seluruh Indonesia menyangkut penyelenggaraan dan distribusi kurban.

Salim Segaf juga menyampaikan pesan kebangsaan Idul Adha. Dalam acara ini hadir antara lain petinggi PKS Wakil Ketua Majelis Syura PKS Hidayat Nur Wahid, Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi, hingga Ketua Fraksi PKS DPR Jazuli Juwaini.

Dalam pesan kebangsaan Idul Adha, Salim menjelaskan pelajaran penting dari syariat kurban yang mesti dipahami, diteladani seluruh masyarakat khususnya umat Islam. Dia mengatakan kurban secara faktual sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama karena ada bantuan daging yang dibagikan. 

"Ini bentuk konkret wawasan kebangsaan bahwa kita semua memiliki negeri ini, mencintai negeri ini. Dengan kesiapan berbagi kepada sesama anak bangsa hingga pelosok-pelosok daerah," kata Salim, dalam keterangannya, Senin, 11 Juli 2022.

Dia menekankan dengan program ini, bukan berarti PKS banyak harta sehingga bisa menghimpun 1,5 juta paket kurban. Namun,cara ini bisa terealisasi karena PKS mengerahkan seluruh anggota dewan dari pusat hingga daerah.

Selain itu, kader yang jadi gubernur, bupati dan wali kota serta kader-kader PKS di berbagai tempat juga turut membantu untuk berbagi kepada rakyat melalui kurban.  "Alhamdulillah laporan yang saya terima target 1,5 juta paket itu sudah terlampaui. Semoga bermanfaat bagi penerima," ujar eks Menteri Sosial tersebut.

Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri (tengah) dan Jazuli Juwaini (kiri)

Photo :
  • Twitter Fraksi PKS @FPKSDPRRI

Hikmah kurban

Salim Segaf menyampaikan ibadah kurban adalah syariat Islam yang diambil dari peristiwa Nabiyullah Ibrahim yang diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih puteranya Nabiyullah Ismail. Bagi dia, banyak pelajaran penting syariat kurban yang relevan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pertama, peristiwa berkurban mengajarkan ujian keimanan dan keiklasan seorang hamba untuk mengorbankan sesuatu yang berharga dan dicintainya kepada Allah SWT.  Menurut dia, ini sekaligus mengajarkan pilar ketahanan keluarga yang jadi bakal ketahanan nasional.

Pun, yang kedua, perintah berkurban ini adalah manifestasi dari kecerdasan emosional dan spiritual manusia. Kerelaan berbagi itu butuh kecerdasan sekaligus menunjukkan kualitas tertinggi seorang manusia di hadapan Allah dan sesamanya.

Ketiga, menurutnya masyarakat yang berkurban maka berarti siap bela negara. Dia mengibaratkan jika berkurban ternak untuk dibagikan kepada warga siap, apalagi berkurban untuk negara dan bangsanya. "Ini bagian dari wawasan kebangsaan untuk membela tanah air," jelas Salim.

Kemudian, ia menyebut yang keempat yaitu berkurban punya multiplier efek secara ekonomi. Kata dia, Pemerintah seharusnya juga tak perlu impor daging. 

"Belajar dari kurban ada masyarakat yang menyediakan ternak atau menjadi peternak, ada penjual, bahkan ada yang sekadar dititipi ternak untuk penggemukan. Ini semua bisa menghasilkan bukan hanya ketahanan tapi kedaulatan pangan.

Lalu, kelima yaitu kurban memiliki dan mengandung pesan kolaborasi yang kuat. Kata dia, sebagai bangsa besar, RI bisa maju dengan semangat kolaborasi dan kerjasama. Ia mengatakan tak mungkin bangsa ini dibangun hanya satu kelompok, satu partai. "Kerjasama adalah kunci untuk mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa," tutur Salim.

Lebih lanjut, ia menyampaikan yang keenam bahwa kurban juga membawa pesan bagi pemimpin. Menurutnya, belajar dari Nabiyullah Ibrahim yang mendahulukan cintanya kepada Allah dari dirinya dan anaknya. Ia bilang pemimpin harus demikian, dahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi dan keluarga. 

Dia percaya trust akan muncul kepada pemimpin yang mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan pribadi, keluarga, bahkan kelompok dan partainya.  

Kemudian, yang ketujuh yaitu suri teladan itu penting terutama dari para pemimpin dan elite negeri ini. Menurutnya,  Di tengah banyak kesulitan rakyat, jangan sampai korupsi hingga jangan menyelewengkan bantuan sosial. 

"Sebaliknya wujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Kikis egoisme, nafsu pribadi yang berlebihan. Munculkan kejujuran dan transparansi," tutur Salim.