Setuju dengan KIB, Siti Zuhro Nilai Tokoh Populer Tak Jamin Kompetensi

Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional, Siti Zuhro, (kanan).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA - Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional, Siti Zuhro, meminta Koalisi Indonesia Bersatu tidak hanya memikirkan elektabilitas tokoh di survei untuk mengusung calon presiden dan wakil presiden. Sebab, tak ada jaminan kompetensi dari tokoh populer dan memiliki elektabilitas tinggi di survei.

KIB gelar silaturahmi nasional di Jakarta, Sabtu, 4 Juni 2022.

Photo :
  • VIVA.co.id/ Wilibrodus.

Pertimbangkan Calon yang Punya Kualifikasi

“KIB semestinya mempertimbangkan secara cermat calon pemimpin yang memiliki kualifikasi. Tak sekadar hanya terpaku pada hasil-hasil survei tentang popularitas saja yang tak ada jaminan mengenai kualitas/kompetensi dan kapabilitas calon,” kata Siti Zuhro saat dihubungi wartawan, Selasa, 7 Juni 2022.

Baca juga: Tolak Populisme, Suharso Sebut KIB Ingin Cerdaskan Masyarakat

Dorong KIB Buat Konvensi

Zuhro mendorong Partai Golkar, PAN dan PPP mulai membuat konvensi untuk menjaring calon yang bagus dan bisa diusung dalam Pilpres 2024. Dia juga meminta KIB tak mempromosikan tokoh yang kontroversial dalam Pilpres 2024.

“KIB perlu mempromosikan calon yang tidak kontroversial dan potensial untuk di-bully karena memiliki catatan-catatan buruk terkait etika, pelanggaran hukum dan menyengsarakan rakyat,” kata Profesor Riset BRIN tersebut.

Masih Ada Waktu Satu Tahun

Zuhro menilai masih ada waktu satu tahun untuk menggelar konvensi sebelum pendaftaran capres dan cawapres. KIB bisa memulai langkah awal dengan membuat kriteria calon pemimpin sesuai dengan kebutuhan Indonesia saat ini dan ke depan.

“Kebutuhan mendesak Indonesia, jangka pendek, menengah dan panjang perlu menjadi pertimbangan serius agar pasangan calon yang diusung benar-benar tepat dan akurat untuk kepentingan rakyat dan NKRI,” tuturnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan, Suharso Monoarfa, menyatakan Koalisi Indonesia Bersatu harus mencerdaskan masyarakat dalam berdemokrasi. Oleh karena itu, mereka tidak akan menjadikan populisme sebagai penentu dalam menentukan pemimpin.

"Kami bertiga berkeyakinan hal itu tidak akan terjadi, kenapa karena kami menginginkan sesuatu yang baru, sesuatu yang baik bagi bangsa dalam melakukan demokrasi ke depan," kata Suharso dalam acara Silahturahmi Nasional KIB di Plataran Senayan, Jakarta, dikutip pada Minggu, 5 Juni 2022.

Suharso menuturkan PPP bersama Partai Golkar dan PAN tak ingin kembali terjerat pada populisme di pilpres mendatang. Menurutnya, KIB ingin menjadi gerbong awal yang membawa gagasan dan ide baru tentang bagaimana membangun bangsa ke depan.

"Jadi demokrasi kita yang sudah-sudah, kita ingin mengembalikan. Kita tidak hanya terjerat dengan populisme. Kalau kita lihat di seluruh dunia sekarang sudah menurun, tetapi sekarang kita masih tetap seperti itu," katanya.