Akhiri Polarisasi, KIB Disarankan Tambah Parpol Nasionalis-Religius

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (ketiga kiri) berbincang dengan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (ketiga kanan) dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (kedua kiri) didampingi jajaran pengurus partai saat mengelar pertemuan di Jakarta, Kamis, 12 Mei
Sumber :
  • ANTARA

VIVA - Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Wasisto Rahardjo Jati, menyatakan Koalisi Indonesia Bersatu yang dibangun Partai Golkar, PAN, dan PPP perlu memperkuat koalisi untuk mewujudkan keinginan mengakhiri polarisasi politik atau politik identitas yang terjadi di masyarakat selama ini. Menurutnya, mereka harus menambah kekuatan politik dari parpol yang berbasis nasionalis religius.

Airlangga Hartarto, Suharso Monoarfa, dan Zulkifli Hasan saat bertemu di Jakarta

Photo :
  • Istimewa.

Rekrut Parpol Nasionalis-Religius Secara Seimbang

“Slogan itu (akhiri polarisasi) akan efektif apabila berhasil merekrut partai berbasis nasionalis maupun religius secara seimbang,” kata Wasis saat dihubungi wartawan, Rabu, 18 Mei 2022.

Wasis mengatakan keinginan KIB untuk mengakhiri polarisasi bisa sangat efektif kepada kelompok pemilih pemula. Syaratnya, mereka menambah kekuatan politik berbasis nasionalis religius guna meredam polarisasi di masyarakat.

“Ada baiknya partai-partai yang direkrut adalah yang kuat secara basis massa baik nasionalis maupun religius,” katanya.

Ingin Akhiri Polarisasi

Sebelumnya, Koalisi Indonesia Bersatu besutan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bersama Ketum PPP Suharso Monoarfa dan Ketum PAN Zulkifli Hasan, dikatakan ingin mengakhiri polarisasi masyarakat yang masih ada setelah dua kali Pilpres, yakni Pilpres 2014 dan 2019.

Ketiga partai tersebut berkoalisi untuk mendorong pemilu menjadi kontestasi gagasan dan prestasi.

"Tiga partai yang berkumpul sepakat bahwa dalam Pemilu 2024 nanti kita tidak boleh terjebak pada hal yang sama sebelumnya, yakni pembelahan sosial, polarisasi yang tidak kunjung sembuh meskipun pemilu sudah usai," kata Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily kepada awak media, Jumat, 13 Mei 2022.

Ace mengungkapkan, 2 Pilpres sebelumnya telah diwarnai semaraknya politik identitas. Pembelahan sosial, menurutnya, sulit dijembatani karena dua kutub yang esktrim terus terlibat pertengkaran dan saling caci maki hingga saat ini.

Menurut Ace, pertengkaran tersebut tidak ada sumbangsih apapun untuk kemajuan bangsa.

"Karena itu, kami ingin pemilu 2024 menjadi ajang kontestasi ide, gagasan, track record, dan prestasi. Kesempatan untuk saling membuktikan diri mana yang terbaik di antara para peserta kontestasi. Sebab tujuan kami satu, menjadikan Indonesia yang lebih makmur dan lebih maju di masa depan. Kalaupun ada persaingan, maka bentuknya harus friendly competition. Persaingan yang akan segera usai setelah pemilu juga usai. Karena kita butuh bersatu agar bisa bersama-sama membangun Indonesia," ujarnya.