LaNyalla Ingatkan Luhut soal Tunda Pemilu: Mahasiswa Mulai Bergerak
VIVA – Ketua Dewan Perwakilan Daerah RI LaNyalla Mattalitti kembali mengingatkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan untuk tidak meneruskan wacana penundaan pemilu 2024. Menurutnya, polemik itu bisa memicu kemarahan publik.
“Demi kebaikan bangsa dan negara, saya ingatkan agar Menko Luhut tidak meneruskan polemik ini. Selain melanggar aturan benegara, polemik ini membahayakan bangsa Indonesia. Indikasi kemarahan publik mulai terlihat jika ini diteruskan,” kata LaNyalla, Minggu, 3 April 2022.
Senator asal Jawa Timur itu juga mengingatkan, berdasarkan analisa Big Data yang dimiliki DPD RI, kecenderungan masyarakat yang senang dengan deklarasi Jokowi tiga periode turun dari 28 persen menjadi 23 persen.
“Dukungan yang dilakukan oleh beberapa kepala desa kemarin, agar pemerintahan Joko Widodo dilanjutkan menjadi tiga periode justru menurunkan tingkat kegembiraan masyarakat hanya pada posisi 23 persen dari sebelumnya 28 persen untuk isu yang sama,” kata LaNyalla.
Menurut LaNyalla, di saat bersamaan sentimen publik sedang ‘diaduk-aduk’ oleh persoalan ekonomi.
“Dari pantauan Big Data DPD RI, naiknya harga-harga kebutuhan pokok dan rencana kenaikan LPG 3 KG meningkatkan perasaan takut masyarakat sebesar 10 persen,” kata LaNyalla.
LaNyalla juga menyampaikan adanya potensi peningkatan kemarahan publik soal deklarasi Jokowi 3 periode.
“Bulan Maret lalu saya sudah ingatkan Luhut soal klaim 110 juta pengguna media sosial membahas penundaan pemilu 2024 dan adanya potensi kemarahan publik. Saat itu, skor emosi marah publik mencapai angka 8 persen. Saat ini skor marah publik meningkat menjadi 12 persen,” ujarnya.
LaNyalla menilai, jika skor potensi kemarahan publik ini terus meningkat, tidak tertutup kemungkinan aksi turun ke jalan akan meluas.
“Kita lihat mahasiswa mulai bergerak turun ke jalan. Ini menunjukkan jika indikator yang dipakai oleh DPD RI bersesuaian dengan fakta di lapangan. Jika rencana penundaan pemilu 2024 terus digulirkan, tingkat kemarahan publik bisa makin meluas,” katanya.