Soal Palestina, Diaz Hendropriyono: Prabowo Dukung Jokowi 1.000 Persen
- VIVA/ Eduward Ambarita
VIVA – Staf Khusus (Stafsus) Presiden untuk Urusan Strategis, Diaz Hendropriyono, meyakini Menteri Pertahanan Prabowo Subianto tegak lurus dan mengikuti sikap Presiden Joko Widodo.
Hal itu disampaikan Diaz menanggapi pertemuan Prabowo dengan pejabat dari negara Israel, di sela-sela dialog The 17th International Institute for Strategic Studies (IISS) Manama Dialogue, Bahrain.
Menurut Diaz, sikap Presiden Jokowi dan pemerintah sudah tegas berada di belakang rakyat Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaan.
"Pak Prabowo mendukung posisi Pak Jokowi 1.000 persen," kata Diaz saat menghadiri Hari Solidaritas Palestina Internasional di kawasan Jakarta Pusat, Senin, 29 November 2021.
Diaz mengatakan, di dalam kabinet tidak ada visi-misi seorang menteri dalam menjalankan roda pemerintahan. Ia sangat meyakini, Prabowo yang juga kawan ayahnya yakni A.M Hendropriyono, punya komitmen akan hal itu.
Mengenai Palestina, kata Diaz, konsistensi Indonesia mendukung kedaulatan negara yang masih dirundung perebutan wilayah dengan Israel itu masih sama. Belakangan disebut pula tengah berlangsung normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Arab.
"Presiden Joko Widodo selalu menyerukan kepada masyarakat internasional untuk terus mengawal perjuangan saudara-saudara kita di Palestina. Kita ingin visi dua negara dapat segera terwujud sesuai dengan konsensus international," ujar Diaz yang menyampaikan pernyataan tersebut di depan Duta Besar Palestina untuk RI Zuhair Al-Shun.
Diaz mengatakan, dia sering berkomunikasi dengan Dubes Zuhair, termasuk membicarakan posisi Indonesia terhadap Palestina. Dukungan Indonesia ditegaskan olehnya tidak terbatas pada meja perundingan. “Pak Jokowi sangat peduli dengan Palestina,” kata Diaz.
Seperti diketahui, Hari Solidaritas Palestina Internasional adalah hari peringatan internasional yang mengacu pada Resolusi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di tahun 1977. Hari ini diperingati oleh seluruh anggota PBB, termasuk negara yang tidak memiliki mayoritas penduduk Muslim seperti Kuba, Tiongkok, bahkan Rusia.