Survei Capres: Prabowo-Anies Teratas, Puan Maharani Bikin Kejutan

Prabowo Subianto saat menghadiri pelantikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Lembaga Riset Independen INDex Indonesia merilis hasil survei terbaru mengenai tokoh-tokoh yang muncul sebagai presiden dan wakil presiden di Pamasuka (Papua, Maluku, Sulawesi, Kalimantan).

Direktur Eksekutif Riset Independen INDex Indonesia, Agung Prihatna mengatakan, bahwa cakupan Survei ini adalah empat kepulauan besar di Indonesia, selain Jawa, Sumatra, dan Nusa Tenggara.

Wilayah Pamasuka dengan populasi 30 juta pemilih dianggap daerah potensial yang dapat mengubah percaturan politik Pilpres Indonesia. Selama ini survei serupa banyak dilakukan di Jawa dan Sumatra, namun wilayah Pamasuka belum banyak diselami.

Hasilnya, nama-nama yang muncul sebagai tokoh potensial Capres menurut masyarakat Pamasuka tak jauh-jauh dari nama-nama yang sudah sering disebut-sebut di berbagai survei sebelumnya dan sudah menjadi perbincangan publik selama ini.

Menurut hasil sigi ini, kata Agung, terdapat 5 nama yang paling populer di mata responden yang dianggap berpotensi sebagai calon presiden Indonesia tahun 2024, yaitu Prabowo Subianto (popularitas 98.3%), Anies Baswedan (95.4%), Puan Maharani (88.9%), Ganjar Pranowo (70.4%), dan Airlangga Hartarto (51.4%). 

Ketika dipancing dengan pertanyaan tertutup, responden rata-rata mengenal nama-nama tersebut.

"Namun yang memiliki nilai popularitas ideal hanya tiga, yaitu Prabowo Subianto, Anies Baswedan dan Puan Maharani, yang dikenal oleh lebih dari 85% masyarakat Pamasuka," kata Agung melalui konferensi virtual di Jakarta, Jumat, 10 September 2021.

Namun popularitas belum tentu seiring dengan akseptabilitas atau dapat diterima. Soal seberapa diterima mereka oleh publik sebagai Capres, petanya jadi berbeda. Tentang ini Anies Baswedan memimpin di angka 86.5%, disusul Ganjar Pranowo (86.3%), Prabowo Subianto (85.5), Airlangga Hartarto (68.6), dan Puan Maharani di ururan buncit (49.9%).

"Meskipun popularitas Ganjar belum ideal namun nilai akseptabilitasnya cukup baik, setara dengan Prabowo dan Anies. Sebaliknya Puan Maharani, popularitas ideal namun akseptabilitasnya rendah," ujarnya.

Apabila dikontestasikan, tiga tokoh yang paling akseptabel tersebut, yaitu Prabowo, Anies, dan Ganjar, memiliki peluang yang sama-sama prospektifnya. Namun petanya masih dapat berubah-ubah sesuai dinamika yang ada.

Menurut Agung, setiap nama masih memiliki peluang mengejar satu sama lain karena masih berada dalam angka yang berselisih di tipis. "Dengan angka saling mengejar, faktor cawapres nantinya akan signifikan untuk meningkatkan elektabilitas," katanya.

Di posisi Cawapres ada nama-nama tenar, baik asli Indonesia Timur maupun nama-nama dari Jakarta. Di antaranya Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Mendagri Tito Karnavian, dan Mantan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman. Amran Sulaiman muncul sebagai tokoh lokal yang paling sering disebut oleh responden.

Menurut Agung Prihatna, konstelasi ini harus diwaspadai, karena pasangan capres cawapres bisa saling mendukung atau sebaliknya, saling menegasikan. Misalnya Prabowo dipasangkan AHY, itu membuat perolehan suara jadi turun karena mereka memiliki captive yang sama. 

"Bila keliru memilih Cawapres, elektabilitas bisa jeblok," tandas mantan Sekjen Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) ini.

Orang Indonesia Timur agaknya belum meunculkan figur lokal untuk calon presiden sehingga nama-bama capres relatif sudah baku dan sulit digoyang. Namun untuk figur Wapres terdapat satu nama lokal yang pergerakannya dinamis, yaitu Amran Sulaiman, mantan Menteri Pertanian yang berdarah Bugis.

Dengan konstelasi seperti itu Capres berada dalam persimpangan, apakah memilih pendamping yang berbasis partai atau kedaerahan. "Calon wakil presiden yang memiliki pengaruh kedaerahan memiliki sebaran kurang merata, namun biasanya memiliki pendukung yang solid dan militan," kata Agung.

Survei Index Indonesia dilakukan selama bulan Agustus dengan 1.000 resonden berusian di atas 17 tahun yang dipilih secara random. Teknik ini diklaim mengandung margin of error 3,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Kemudian, survei Index Indonesia dilakukan selama bulan Agustus dengan 1.000 resonden berusian di atas 17 tahun yang dipilih secara random. Teknik ini diklaim mengandung margin of error 3,2 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.