Jokowi Diminta Jangan Bergantung dari Trump soal Ventilator
- Dok. Biro Pers dan media Istana Kepresidenan.
VIVA – Presiden Joko Widodo diminta untuk tidak terlalu bergantung pada Amerika Serikat (AS) dalam pemenuhan kebutuhan ventilator di Indonesia. Permintaan Indonesia itu, setelah Presiden Jokowi dan Presiden AS Donald Trump, melakukan komunikasi lewat telepon.
Trump dalam cuitannya di Twitter Jumat pekan lalu mengungkapkan sempat berkomunikasi dengan Presiden Jokowi sebagai sahabatnya dari Indonesia, yang “meminta” ventilator. Trump berjanji, akan memenuhi permintaan Indonesia tersebut.
Meski AS bersedia membantu pemenuhan ventilator itu, sejumlah kalangan melihat Indonesia tidak boleh hanya bergantung pada negara adi kuasa itu. Apalagi mereka membutuhkan juga alat tersebut, mengingat angka kematian di sana akibat Covid-19 adalah yang tertinggi di dunia. Begitu juga angka yang positif terinfeksi virus corona itu.
"Kita sangat mengapresiasi tawaran bantuan yang dijanjikan Donald Trump. Namun demikian, perlu diperhatikan dan dicermati bahwa Amerika sendiri sangat memerlukan ventilator di negaranya," kata Wakil Fraksi PAN DPR, Saleh Partaonan Daulay, Senin 27 April 2020.
Melihat kondisi di AS yang juga sedang dilanda wabah Covid-19, maka ia yakin akan ada skala prioritas. Apalagi dalam banyak kesempatan, Trump sendiri sudah meminta perusahaan-perusahaan besar AS yang bergerak di sektor otomotif misalnya, untuk memproduksi ventilator. Seperti General Electric Co, Hill-Rom Holdings Inc, Medtronic Plc, Resmed Inc, Royal Philips N.V. dan Vyaire Medical Inc.
Bahkan lantaran keterlambatan pembuatan dan tidak sesuai yang dibutuhkan di AS, Trump sempat mengkritik Manager General Motor yang dianggapnya lamban memproduksi ventilator. Kondisi di AS, kata Saleh, terbuka lebar dan memang sangat membutuhkan alat-alat medis seperti ventilator tersebut.
"Kalau kesan yang saya tangkap dari pernyataan pejabat AS, Indonesia akan dibantu bersama beberapa negara Amerika Latin lainnya. Namun, negara-negara tersebut tetap membayar sesuai dengan harga yang ditetapkan. Ini wajar sebab produsen ventilator tersebut adalah perusahaan swasta yang tentu membutuhkan biaya operasional dan produksi," jelas mantan Ketum Pemuda Muhammadiyah itu.
Dengan kondisi yang ada di AS, maka menurutnya Presiden Jokowi tidak perlu terlalu bergantung kepada negara tersebut untuk mendapatkan ventilator. Menurutnya, menjajaki negara-negara di luar AS, sangat perlu agar kebutuhan alat bantu pernapasan bagi pasien Covid-19 itu, bisa segera didatangkan.
"Kalau memang membeli, tidak ada salahnya juga mencari di negara lain. Mana yang paling cepat, itu yang didatangkan ke Indonesia. Sebab, kebutuhan ventilator ini memang sangat mendesak untuk penanganan pasien Covid-19 di Indonesia. Itu diakui oleh kementerian kesehatan dalam rapat terakhir bersama komisi IX minggu lalu," ujar anggota Komisi IX DPR itu.