Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani Salahkan Bapak-bapak
- VIVAnews/Arrijal Rachman
VIVA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menganggap, bahwa ketidakpastian ekonomi global yang terus meningkat sejak dua tahun terakhir merupakan hasil perbuatan manusia. Kondisi itu bukanlah pola musiman maupun faktor bencana alam yang terkadang memang terjadi.
Dia menilai, ketidakpastian yang kemudian menciptakan gejolak perekonomian dunia, dipicu oleh serangkaian kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh para pemimpin negara. Bahkan dia menekankan, mayoritas dari mereka adalah pria.
Misalnya, kata Sri, perang perdagangan yang telah terjadi sejak pertengahan 2018 hingga kini masih belum reda dan belum pasti kapan akan selesai. Akibat dari itu, volume perdagangan dunia dikatakannya hanya tumbuh 1,1 persen pada 2019, terendah sejak krisis ekonomi pada 2008. Dia pun menilai ini semua kaitannya adalah dengan kaum bapak.
"Ketidakpastian di 2019 terus berlanjut di 2020 dan ini hampir seluruhnya related to man made. Dalam artian, the man made the problems like Brexit, US-China trade war, Hong Kong protest. Meski di sana dipicu oleh seorang chairwoman, kemudian perang dagang Jepang-Korea, semua adalah laki-laki," ujar Sri dalam acara Mandiri Investment Forum di Jakarta, Rabu, 5 Februari 2020.
Karena itu, dia menganggap, kondisi itu juga dipicu kurangnya representasi perempuan dalam proses perumusan kebijakan-kebijakan strategis. Sementara itu, laki-laki atau bapak-bapak yang mendominasi perumusan kebijakan malah membuat kondisi global mengalami ketidakpastian berkelanjutan.
"Banyak bapak-bapak yang menciptakan masalah ini, ini masalah karena kurangnya representasi perempuan dalam proses perumusan kebijakan. Bapak-bapak yang menciptakan masalah ini, jadi seharusnya bapak-bapak pula yang seharusnya menyelesaikan," tuturnya.
Di sisi lain, setelah satu dekade terakhir, banyak negara yang kekurangan atau kehabisan amunisi strategi untuk menghadapi pelemahan ekonomi global yang dipicu ketidakpastian yang terus meningkat. Itu, dikatakannya berkontribusi terhadap munculnya volatilitas di pasar global.
"Ini terefleksi negatif dalam kebijakan setiap negara, sehingga banyak yang jeda kebijakannya. Jadi dalam 10 tahun terakhir pertumbuhan ekonomi tercatat terlemah, kehabisan strategi jawab tantangan global, ini hal yang mengkhawatirkan."