Demi Dukungan, Ada DPD Golkar yang Disumpah Pakai Alquran

Mantan Ketua Pansus Hak Angket KPK, Agun Gunandjar Sudarsa.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Reza Fajri.

VIVA - Bakal Calon Ketua Umum Partai Golkar, Agun Gunandjar menjelaskan alasannya akan maju dalam kompetisi Munas Golkar.

Ia mengaku tak mau berpangku tangan menunggu siapa yang menang, tetapi mau berkontribusi untuk menang.

"Ketika saya mendapatkan hantaran dari panitia penyelenggara, Pak Melchias Mekeng yang memberikan garansi dia akan netral, tak perlu saling halang-menghalangi antara kandidat yang ada," kata Agun di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin 25 November 2019.

Ia mengatakan, Mekeng memastikan akan berusaha dengan fairness, memberikan ruang pada siapapun untuk bisa berkontestasi dalam munas. Karena munas ini adalah forum pengambilan keputusan tertinggi yang harus dijalankan secara demokratis.

"Melihat garansi jaminan dari ketua penyelenggara yang begitu simpatik, begitu baik, lalu saya sejak dari awal sudah meminta untuk duduk di panitia pengarah, dengan harapan ingin merancang sebuah munas yang betul-betul demokratis, yang diharapkan jauh lebih baik dari munas terakhir yang diselenggarakan ketika Nurdin Halid jadi ketua steering, saya jadi sekretaris steering," kata Agun.

Ia mengklaim, waktu itu bisa dilakukan sebuah mekanisme yang demokratis dan konstitusional. Bahkan bersih dan rekonsiliatif, sehingga proses dukungan pencalonan pada waktu itu dilakukan di bilik suara munas.

"Ketika saya ditempatkan jadi wakil sekretaris penyelenggara, ya saya merasa tak bisa berkontribusi maksimal, sehingga pada saat itu juga saya tetap ingin berkontribusi, karena saya bukan pengurus partai. Saya tak jadi pengurus partai, saya tak jadi pengurus fraksi, saya hanya jadi anggota DPR yang sudah enam periode, saya tak mau dalam kondisi seperti ini, saya berpangku tangan, berpangku diri," kata Agun.

Menurutnya, daripada jadi wakil sekretaris penyelenggara dan tak melakukan apa-apa, dan hanya berpangku tangan menikmati, menunggu saja siapa yang menang, ia memutuskan, ikut berkontestasi. Dia pun mundur dari kepanitiaan munas.

"Sekaligus, saya declare hari itu maju sebagai caketum, dengan harapan dukungan 30 persen itu akan dilihat dengan kontestasi pada waktu mereka ditempuh melalui setelah pendaftaran, verifikasi calon, kemudian dia mengadakan debat. Dulu kan ada debat. Pada waktu menjelang penjaringan ada penyampaian visi dan misi. Baru para pemilih dipersilakan masuk ke bilik suara," kata Agun.

Ia menjelaskan munas sebagai pemegang kedaulatan tertinggi hanya bisa memberikan garansi dan harapan ke depan kalau mekanisme demokrasi itu dijalankan dengan sebenar-benarnya. Kalau tak secara demokratis, politik oligarki dan pragmatisme yang selama ini terjadi itu akan terus berlangsung.

"Kalau bicara oligarki, bicara pragmatisme maka politik negara dalam rangka pemberantasan korupsi itu menjadi nihil. Korupsi tak akan pernah hilang kalau parpol masih juga oligarki dan pragmatisme," kata Agun.

Sumpah Pakai Alquran

Agun juga menanggapi kubu Bambang Soesatyo yang akan membuat munas tandingan, karena dianggap tak sesuai AD/ART partai. Ini menilai ini bentuk peringatan.

"Kalau menurut saya, ini bentuk peringatan. Jadi, harus kita terima kan dengan lapang dada. Buat kita semualah bukan hanya untuk timnya Pak Airlangga maupun Pak Bambang Soesatyo. Buat kita semua, termasuk buat diri saya," kata Agun.

Menurutnya, kalau ingin menjadikan partai ini didukung, dipercaya, dan dipilih oleh masyarakat, maka harus kembali pada filsafat demokrasi itu sendiri. Ia mengaku saat ini, banyak DPD-DPD yang dikumpulkan dan diarahkan, bahkan diintimindasi.

"Bahkan, sudah ada praktok disumpah pakai Qur’an, itu kan konyol buat saya. Sehingga, kalau pernyataan rilis yang begitu keras, ya saya memaklumi, tapi itu harus diterimakan. Itu sebagai untuk kepentingan bukan untuk kepentingan dirinya, tapi untuk kepentingan kita semua," kata Agun.

Ia berharap, hal itu tak benar-benar terjadi. Ia yakin semua akan kembali membangun semangat demokrasi. Dalam kubu Airlangga, diyakini masih banyak orang yang berpikir tentang demokrasi.

"Banyak kader muda di sana, banyak calon pemimpin tahun 2024, yang harus leading maju ke depan dari pada terjebak pada suatu situasi yang akhirnya tak konsisten demokrasi. Saya mikir, mereka akan bergeser kembali ke demokrasi yang sejatinya," kata Agun.