Sikap Arteria Dahlan atas Emil Salim Tambah Anggapan Buruk atas DPR
- bbc
Arteria Dahlan masuk dalam daftar nama paling banyak diperbincangkan di Twtitter, Kamis siang (10/10). Politikus PDI Perjuangan ini menjadi perhatian warganet setelah pria tersebut berpartipasi dalam acara talkshow Mata Najwa di Trans7 , Rabu malam (09/10).
Dalam acara bincang-bincang itu, Arteria Dahlan nampak emosi saat berdebat dengan Guru Besar Universitas Indonesia, Emil Salim, soal Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang (Perppu) UU KPK.
Bahkan, Arteria dengan nada tinggi beberapa kali menunjuk-nunjuk wajah mantan menteri lingkungan hidup era Presiden Soeharto itu.
Arteria Dahlan punya dalih atas tindakannya dalam acara tersebut. Ia menyebutnya sebagai sesuatu yang manusiawi.
"Tatkala Anda kehormatannya diserang. Institusi tempat Anda kerja didelegitimasi. Partai politik tempat Anda dibesarkan dihujat seperti itu. Apa Anda nggak bereaksi? Sama lah, kita sama-sama manusia," kata Arteria Dahlan saat dihubungi BBC News Indonesia, Kamis (10/10).
Arteria mengaku dongkol saat ditanya Emil tentang ongkos yang dikeluarkan untuk menjadi anggota DPR.
"Apa iya itu pertanyaan profesor? Ini sangat provokatif. Saya hanya untuk mencoba proporsional kalau bicaranya dialektikanya ilmiah, akan saya jawab secara ilmiah. Tapi kalau dialektikanya tidak ilmiah, saya buat juga tidak ilmiah," lanjut Arteria.
Selain itu, ia juga menilai banyak pendapat yang keliru dari lawan bicaranya di atas panggung. "Saya katakan, jangan sampai publik tersesat," katanya.
Anggapan buruk
Pengamat politik, Djayadi Hanan, yang ikut terlibat talkshow Mata Najwa sebagai narasumber, menyaksikan langsung sikap Arteria kepada Emil Salim. Menurutnya, saat jeda acara itu, Najwa Shihab berusaha mendinginkan suasana.
"Tapi saya melihat memang tampaknya, Pak Arteria kelihatan emosi. Saya tidak tahu kok bisa se-emosi itu. (Selama jeda) lebih banyak diam," katanya.
Djayadi menilai sikap Arteria justru bisa menambah anggapan buruk publik terhadap DPR, termasuk PDI Perjuangan.
"Bisa berbalik, dia tidak mendapatkan simpati, malah menambah persepsi negatif orang terhadap dia, dan saya khawatirnya juga itu dilekatkan dengan DPR dan partainya," kata
Lebih lanjut Djayadi berpendapat, menjadi penyelenggara negara seperti anggota DPR bukan tugas yang ringan. Mereka banyak dituntut, dan di saat bersamaan harus mau bersabar mendengarkan kritik.
"Itu yang tampaknya agak luput malam itu ditampilkan oleh Arteria Dahlan, yang seorang anggota DPR. Itu tercermin dari tanggapan yang negatif dari netizen setelah acara itu. Jadi saya kira, publik kita kan cukup bisa melihat mana yang patut dicontoh mana yang tidak," kata Djayadi.
Politikus PDIP dan Gerindra sarankan minta maaf
Masinton Pasaribu, kolega satu partai Arteria Dahlan tak mempermasalahkan isi argumentasi koleganya itu. Ia sama-sama sepakat agar Presiden Jokowi tidak mengeluarkan Perppu untuk membatalkan UU KPK.
"Secara substansi apa yang disampaikan Arteria itu benar," katanya.
Namun secara etika, kata dia, Arteria perlu meminta maaf. "Dalam etik ketimuran kita, menghormati yang tua. Nggak salah kalau menyampaikan maaf, anak ke orang tua."
Masinton beberapa kali ikut dalam debat publik yang ditayangkan melalui televisi, termasuk di Mata Najwa.
Dia mengaku dalam satu kesempatan setelah berdebat dengan mantan Wakil Ketua KPK, Bibit Samad Rianto, dirinya meminta maaf.
"Saya katakan, `Maaf Pak Bibit, saya tadi menyampaikan agak keras, saya minta maaf`. Saya cium tangan," paparnya.
"Dalam (debat) pendapat juga, adab ketimuran kita, kalau kita lihat bahwa setelah itu, bentuk penghormatan kita. Bahwa (lawan debat) itu orang tua," tambahnya.
Sementara itu, politikus dari Partai Gerindra, Arief Poyuono menganggap kelakuan Arteria Dahlan tidak mencerminkan seorang wakil rakyat. Menurutnya, Arteria perlu memberi contoh yang baik dalam komunikasi politik, terutama pada orang yang lebih tua.
"Padahal, apa yang dikatakan Prof. Emil itu sudah benar," katanya kepada BBC News Indonesia, Kamis (10/10).
Ia juga sepakat dengan Masinton, agar Arteria meminta maaf secara terbuka.
"Sebagai teman saya kasih tahu, jangan sampai di-framing masyarakat dia yang terlihat bodoh, kalau dia itu nggak ngerti. Apalagi nanti di kalangan civitas akademika, dia dianggap bodoh," kata Arief.
Jadi hujatan warganet
Dalam talkshow bertajuk "Ragu-ragu Perppu", Arteria Dahlan beberapa kali berdebat dengan Guru Besar Universitas Indonesia, Emil Salim.
Dalam satu adegan, Arteria menunjukkan sejumlah berkas yang ia yakini sebagai masalah di internal KPK terkait rampasan negara yang tak pernah masuk ke dalam kas negara. Ini merupakan alasan KPK membutuhkan dewan pengawas, menurut Arteria.
Namun, Emil Salim mengatakan KPK telah menyampaikan laporannya tiap tahun terkait hal ini, "Begini bung! Di dalam aturan UU KPK ada kewajiban menyampaikan laporan."
"Nggak pernah dikerjakan, Prof. Prof tahu nggak?" Kata Arteria dengan nada tinggi dan wajah yang mulai memerah.
"Tiap tahun dia (KPK) menyampaikan laporan," balas Emil.
"Mana, Prof? Saya di DPR, Prof, jangan begitu Prof. Saya di DPR, saya yang tahu, Prof. Mana? Prof sesat. Ini namanya sesat! Prof sesat!" kata Arteria sembari mengarahkan telunjuknya ke wajah Emil Salim.
Pada momen lainnya, Emil menyinggung buku Democracy for Sale yang di dalamnya terdapat persoalan politikus yang kerap ditangkap KPK.
Kemudian ia menanyakan Arteria berapa banyak ongkos yang dikeluarkan menjadi anggota DPR?
Hal ini kemudian membuat Arteria kembali menunjuk-nunjuk wajah Emil lagi sebelum Najwa mengakhiri segmen ini.
Adegan ini menjadi perhatian netizen. Sebagian netizen menilai apa yang dilakukan Arteria sebagai anggota DPR dianggap tidak pantas.
Seperti yang dilontarkan akun @rzkyauliya_ . Ia berpendapat, Arteria Dahlan terlalu pongah dan tak pantas mengeluarkan kata-kata yang mendaku lebih hebat dari lawan bicaranya.
Kemudian, akun @AgusMagelangan juga menyampaikan kritik terhadap Arteria yang ia sebut sebagai krisis moral dan adab.
Senada hal itu, akun @dmssmdr telah membalas sebuah unggahan nama Arteria Dahlan diubah dalam wikipedia. Ia menyoroti PDI Perjuangan sebagai rumah dari pria berstatus pengacara tersebut.