Oso Dinilai Penyebab Hanura Jeblok di Pileg 2019
- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA – Kepemimpinan Oesman Sapta Odang atau Oso dinilai sebagai penyebab Partai Hanuta gagal di Pileg 2019. Hanura gagal lolos ke parlemen Senayan karena cuma meraih perolehan suara nasional di bawah 2 persen.
Pengamat Politik UIN Jakarta, Ali Munhanif menganalisis munculnya mosi tak percaya pengurus DPD Yogyakarta kepada Oso selaku Ketum Hanura dinilai sebagai prahara di internal partai tersebut.
"Transisi kepemimpinan Hanura menuju Oso itu sebenarnya penuh masalah," kata Ali Munhanif kepada wartawan, Rabu 28 Agustus 2019.
Dia menyebut kepemimpinan Oso tak cocok di Hanura. Sejak Oso menjabat ketum, internal Hanura bergejolak. Kepengurusan Hanura sempat terpecah menjadi dua kubu sebelum akhirnya Kementerian Hukum dan HAM mengesahkan kubu Oso sebagai peserta Pileg 2019.
Contoh kegagalan Oso lain kengototannya ingin menjadi anggota DPD tapi tak mau mundur sebagai anggota atau ketum Hanura. "Dia juga tak bisa mencalonkan DPD di pileg karena masih mengurus partai. Hanura di eranya ada konflik internal," jelasnya.
Terkait hasil Pileg 2019, ia menyebut sudah seharusnya kepemimpinan Oso di Hanura mesti dievaluasi. Jangan sampai mosi tak percaya meluas ke pengurus Hanura di daerah lain.
Menurutnya, sejak menjabat ketum, Oso terlalu otoriter dengan tak bisa berdialog atau merangkul kubu yang tak membencinya. Sebagai pimpinan partai yang baru seharusnya Oso bisa membuka ruang untuk perbedaan-perbedaan.
"Di situlah Oso merusak struktur partai dan menghancurkan tingkat elektabilitas partainya. Agak keliru kalau mengatakan seolah-olah itu bukan faktor Oso. Justru yang menjadi masalah itu sehingga partai ak bisa berkompetisi," jelasnya.
Sebelumnya, beredar kabar pengurus Hanura Yogyakarta mengajukan mosi tak percaya terhadap Oso sebagai ketum partai. Alasannya saat ini kondisi Hanura jeblok dan tak mendapat kursi di DPR maupun DPRD.
Adapun di Pileg 2019, Hanura tersisih karena cuma meraih 2.161.507 atau 1,54 persen suara nasional. Angka ini di bawah syarat ambang batas parliamentary threshold minimal 4 persen. Padahal, di DPR periode 2014-2019, Hanura menjadi salah satu partai yang menembus Senayan.
Oso Dibela
Merespons kabar mosi tak percaya, elite Hanura yang juga pendukung Oso menjawab santai. Ketua DPP Hanura, Inas Nasrullah Zubir menyindir manuver Hanura Yogyakarta yang terkesan seperti anak kecil.
"Itu mereka begitu pada jadi kagak? Hanura gagal juga karena mereka. Jangan hanya salahin Pak Oso," tutur Inas saat dikonfirmasi, Rabu, 28 Agustus 2019.
Inas pun curiga manuver Hanura Yogyakarta bagian kubu Sarifudin Sudding yang masih dendam dengan kepengurusan Oso. Internal Hanura sempat terbelah antara Oso Cs dengan kubu Sudding.
"Itu cuma riak-riak kecil. Mereka itu orang-orang Sudding yang gagal lolos. Nah, nyalahin partai. Kalau cuma satu yang mosi tak percaya ya kita ganti aja," ujarnya.