Harus Diakui, Elektabilitas Anies Tinggi karena Pandai Berkata-kata
- ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak
VIVA – Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mendapatkan elektabilitas pertama menjadi Presiden Republik Indonesia apabila Prabowo Subianto tidak maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden atau Pemilu 2024 nanti.
Hal itu disampaikan Direktur Median, Rico Marbun dalam rilis hasik survei “Kuda hitan Capres 2024 dan Persepsi Publik atas Dinamika Sosial Politik pasca 100 Hari Jokowi-Ma'ruf” di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin, 24 Februari 2020.
Ia menjelaskan, Anies mendapatkan elektabilitas urutan kedua setelah Prabowo. Kemudian Sandiaga Salahudin Uno 17,7 persen, Agus Harimuti Yudhoyono 9,7 persen, Ridwan Kamil 6,8 persen, dan Ganjar Pranowo 6,3 persen.
Ia menjelaskan, alasan responden memilih Anies bukan karena kinerjanya saat ini menjabat sebagai kepala daerah yang sudah dua tahun berjalan.
"Tetapi kita bisa melihat responden menjawab itu yang pertama yang paling besar itu adalah orang mengatakan pak Anies Baswedan ini religius atau dekat dengan ulama, mungkin ya karena selama ini dekat dengan gerakan 212, sejarahnya terpilih di 2017. Jadi faktor itu ada dan kuat menempel di Anies Baswedan," kata Rico.
Tak hanya itu, orang memilih Anies sebagai presiden karena dianggap yang bersangkutan cakap dalam menyampaikan pendapat di muka umum. Sehingga, hal ini yang menjadi daya tariknya.
Lebih rinci, alasan publik memilih Amies Baswedan karena religius dan dekat dengan ulama 15,1 persen, cerdas dan pintar 11,3 persen dan tutur kata bagus 8,8 persen.
"Yang kedua itu baru tutur katanya, mungkin orang suka dengan gaya bahasanya, cara menyampaikan. Dan kalo faktor kinerja sebenarnya belum menjadi alasan utama orang memilih Anies Baswedan," katanya.
Survei dilakukan pada rentang pekan I - II Februari 2020, dengan melibatkan 1.200 responden, dimana populasi survei adalah seluruh warga yang memiliki hak pilih dan tersebar di 34 provinsi.
Metode yang digunakan adalah teknik multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender.
Sementara margin of error (moe) sebesar 2,8 persen di tingkat kepercayaan 95 persen. Quality control dilakukan terhadap 20 persen sampel yang ada.